TRIBUNNEWS.COM - Invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki hari ke-45, Sabtu (9/4/2022).
Amerika Serikat (AS) yakin Rusia menggunakan rudal balistik jarak pendek dalam serangan di stasiun kereta Kramatorsk.
Dalam serangan tersebut dilaporkan sedikitnya 52 orang tewas, termasuk lima anak-anak, di Ukraina timur.
Rusia membantah bertanggung jawab atas serangan itu.
Baca juga: Sikapi Konflik Rusia-Ukraina, Indonesia Serukan "Setop Perang" dalam Sidang Darurat Khusus PBB
Baca juga: Ukraina Sebut Rusia Sengaja Serang Stasiun Kereta Api: Mereka Hancurkan Warga Sipil
Berikut ini Tribunnews.com rangkum sejumlah peristiwa yang terjadi selama invasi Rusia ke Ukraina di hari ke-45, dikutip The Guardian.
AS klaim Rusia gunakan rudal balistik jarak pendek
Amerika Serikat (AS) yakin Rusia menggunakan rudal balistik jarak pendek dalam serangan di stasiun kereta Kramatorsk.
Dalam serangan tersebut dilaporkan sedikitnya 52 orang tewas, termasuk lima anak-anak, di Ukraina timur.
Rusia membantah bertanggung jawab atas serangan itu.
Baca juga: Menlu China: Tidak Seimbangnya Sistem Keamanan Eropa Jadi Penyebab Krisis Ukraina
Komentar pejabat senior AS
Seorang pejabat senior pertahanan AS mengklaim beberapa unit militer RUsia telah mengalami kerugian besar.
Pentagon memperkirakan kekuatan tempur Rusia antara 80 persen dan 85 persen dari tingkat pra-invasi.
Departemen Pertahanan AS mengharapkan Rusia untuk mengalihkan fokusnya ke wilayah Donbas dan Ukraina timur.
Baca juga: Di Ambang Turbulensi, Krisis Ukraina Ancam Ketahanan Pangan Global, Pasokan Semakin Menipis
Harga komoditas pangan
Harga internasional untuk komoditas pangan, termasuk biji-bijian dan minyak nabati, mencapai level tertinggi sepanjang masa pada Maret 2022 di tengah perang Rusia di Ukraina.
"Konflik itu menyebabkan gangguan besar-besaran," kata PBB pada Jumat (8/4/2022).
Hal ini mengancam jutaan orang di Afrika, Timur Tengah dan di tempat lain dengan kelaparan dan kekurangan gizi.
Baca juga: 2 Roket Rusia Hantam Stasiun Kereta Api di Ukraina Timur, Lebih dari 30 Orang Tewas
Pasukan Rusia deportasi paksa ratusan ribu warga Ukraina
Pasukan Rusia telah "mendeportasi secara paksa" lebih dari 600.000 warga Ukraina, termasuk sekitar 121.000 anak-anak, ke Rusia, kata komisioner hak asasi manusia Ukraina, Lyudmila Denysova.
Dia juga mengatakan penduduk kota Izyum yang diduduki sementara di wilayah Kharkiv dipindahkan secara paksa ke Rusia.
Baca juga: Jadi Jalur Evakuasi Warga, Stasiun Kereta Api di Ukraina Timur Dihantam 2 Roket Rusia
Komentar Presiden Komisi Eropa
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, berjanji untuk menawarkan kepada Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, awal yang lebih cepat untuk tawaran negaranya menjadi anggota Uni Eropa.
Penyelidik forensik menggali kuburan massal di Bucha
Para penyelidik forensik telah mulai menggali kuburan massal di kota Bucha , Ukraina, yang dibungkus plastik hitam dan meletakkan mayat-mayat warga sipil yang menurut para pejabat tewas selama invasi Rusia.
Sejak pasukan Rusia ditarik kembali dari Bucha pekan lalu, para pejabat Ukraina mengatakan ratusan warga sipil telah ditemukan tewas.
Baca juga: Rusia akan Tetap Lanjutkan Pembicaraan dengan Ukraina Meskipun Ada Provokasi
Dugaan pelanggaran undang-undang Federasi Rusia
Kementerian Kehakiman Rusia telah mencabut pendaftaran 15 organisasi asing termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch.
Kementerian mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa unit-unit organisasi Rusia "dikecualikan karena ditemukannya pelanggaran undang-undang Federasi Rusia saat ini".
Human Rights Watch mengatakan langkah itu adalah bukti bahwa pemerintah Rusia "tidak menggunakan fakta apa pun mengenai perlindungan warga sipil di Ukraina".
Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)