TRIBUNNEWS.COM, PAKISTAN - Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menuding Amerika Serikat (AS) bekerja di belakang layar untuk menjatuhkannya.
Konon hal itu disebabkan oleh ketidaksenangan AS atas pilihan kebijakan luar negerinya yang independen dan lebih condong pada China dan Rusia.
Khan memang terkadang menentang AS dan pernah mengkritik keras perang AS pasca 9/11 untuk melawan teror.
Khan juga mengatakan AS sangat terganggu dengan kunjungannya ke Rusia dan pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 24 Februari lalu, ketika awal dari perang di Ukraina.
Baca juga: PM Pakistan Imran Khan Dilengserkan, Berikut Empat Sosok Oposisi di Baliknya
Seperti diketahui, Perdana Menteri (PM) Pakistan Imran Khan tak terima hendak dilengserkan parlemen melalui mosi tidak percaya.
Setelah beberapa hari terakhir didemo rakyatnya atas kenaikan bahan kebutuhan pokok di negara itu.
Sebelumnya, sang perdana menteri memblokir mosi tidak percaya parlemen dan meminta pemilu dimajukan.
Parlemen Pakistan sendiri telah berencana menggelar voting mosi tidak percaya pada Minggu (3/4/2022) lalu.
Pihak oposisi menyebut sudah mendapatkan 172 suara yang dibutuhkan dari total 342 kursi di parlemen untuk melengserkan Imran.
Mosi diperkirakan disepakati lebih dari setengah anggota parlemen usai sejumlah anggota partai berkuasa yang mendukung Imran serta mitra koalisi, membelot.
Bantah Tuduhan
Departemen Luar Negeri AS telah membantah tuduhannya. Elizabeth Threlkeld, pakar Pakistan di The Stimson Center yang berbasis di AS, mengatakan bahwa bahkan ketika menjabat sebagai perdana menteri, Khan sering memainkan peran sebagai pemimpin oposisi.
"Pemecatannya akan membawanya ke peran yang dia kenal dengan baik, dipersenjatai dengan narasi korban dari klaim tidak berdasar atas campur tangan internasional," katanya.
"Pendukungnya akan tetap setia, meskipun saya berharap upaya kontroversialnya untuk tetap berkuasa akan berkurang,” ujar Threlkeld seperti dikutip dari The Associated Press.
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan digulingkan dari kekuasaan dalam mosi tidak percaya parlemen pada Minggu (10/4/2022).
Peristiwa ini membuat Pakistan berada di jalur politik yang tidak pasti. Pendukung Imran Khan turun ke jalan sebagai bentuk protes, sementara oposisi politik bersiap untuk mengangkat penggantinya.
Puluhan ribu pendukung Khan berbaris di kota-kota di seluruh Pakistan, mengibarkan bendera partai besar dan bersumpah tetap mendukungnya.
Kaum muda yang merupakan tulang punggung pendukung Khan, mendominasi aksi tersebut.
Di kota Karachi, lebih dari 20.000 orang meneriakkan slogan-slogan yang menjanjikan kembalinya Khan ke tampuk kekuasaan.
Sedangkan di ibu kota Pakistan, Islamabad, ribuan pendukungnya menyalakan lampu yang menerangi langit malam, saat Khan melewati kerumunan di atas truk berwarna cerah.
Dalam mosi tidak percaya Parlemen, partai pendukung Khan ‘walk out’ dari Parlemen sesaat sebelum pemungutan suara.
Pada akhirnya, 174 anggota parlemen di 342 kursi Parlemen memilih untuk menggulingkannya, dua lebih banyak dari mayoritas yang disyaratkan.
Pengganti Khan akan dipilih dan dilantik oleh Parlemen pada Senin hari ini. Pesaing utamanya adalah Shahbaz Sharif, saudara dari mantan perdana menteri Nawaz Sharif. Shahbaz Sharif mengepalai partai terbesar di Pakistan.
Partai ini memiliki aliansi yang beragam, mulai dari faksi oposisi yang menjangkau spektrum dari kelompok kiri hingga kelompok agama radikal.
Penggulingan Khan terjadi di tengah hubungan yang dingin dengan militer yang kuat.
Sementara itu, Pakistan juga mengalami permasalahan ekonomi dan masih berjuang dengan inflasi tinggi dan rupee Pakistan yang anjlok.
Oposisi telah menuduh pemerintah Khan tidak becus mengurus ekonomi.
Sumber: Associated Press/Kompas.TV