Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MARIUPOL - Tiga orang telah terkena dampak serangan kimia yang diduga dilakukan Rusia di Kota Mariupol, Ukraina.
Namun jenis zat beracun itu saat ini belum diketahui.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh pendiri Resimen Azov, Andriy Biletsky dalam pesan Telegram-nya.
Dikutip dari laman Ukrinform, Selasa (12/4/2022), Biletsky menjelaskan bahwa beberapa jam yang lalu, pasukan Rusia menggunakan senjata kimia di Mariupol, tepatnya di dalam pabrik Azovstal.
Baca juga: Inggris Selidiki Dugaan Penggunaan Senjata Kimia Rusia di Mariupol Ukraina
"Berbicara tentang sisi praktis dari serangan itu, itu kecil. 3 orang menunjukkan tanda-tanda yang jelas keracunan dengan bahan kimia perang, namun tidak ada efek bencana. Idiot ini (Rusia) bahkan tidak bisa menggunakan senjata pemusnah massal dengan benar. Berbicara dari sisi moral, ini hanya menunjukkan kepengecutan orang Rusia," kata Biletsky.
Penggunaan senjata semacam itu oleh Rusia, kata dia, menunjukkan bahwa mereka tidak dapat menguasai Mariupol serta mengalahkan militer Ukraina.
"Mereka mengerti ini akan menyebar ke seluruh dunia. Seluruh dunia akan mengetahui bahwa mereka adalah teroris yang melanggar banyak konvensi."
"Oleh karena itu, mereka jatuh dalam keputusasaan, dan mereka tidak dapat melakukan apapun selain menggunakan senjata terlarang yang tidak pandang bulu, seperti dalam Perang Dunia I. Namun bagaimanapun juga, Mariupol akan menang, Resimen Azov akan menang. Ukraina akan menang, kemuliaan bagi Ukraina," tegas Biletsky.
Menurut Resimen Azov, pasukan Rusia baru-baru ini menjatuhkan zat beracun yang tidak diketahui jenisnya di Mariupol, menggunakan kendaraan udara tak berawak.
Sebelumnya, seorang militan Rusia dari kota yang diduduki Donetsk, Eduard Basurin mengumumkan perlunya memblokir pembela Mariupol di dalam pabrik Azovstal dan menggunakan senjata kimia untuk melawan mereka.