Ukraina juga menyebut rumah sakit dan kamar mayat di daerah yang diduduki telah penuh sesak.
Pengumuman tersebut disampaikan oleh Serhii Haidai, kepala Administrasi Militer Regional Luhansk, melalui Telegram pada Rabu (20/4/2022), malam.
"Sejak pasukan kami mundur dari Kreminna, bagian wilayah pendudukan mencapai 80 persen," kata Haidai, dikutip dari Al Jazeera.
Sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, pemerintah Ukraina menguasai 60 persen wilayah Luhansk.
Dalam beberapa hari terakhir, pasukan Rusia telah memperbarui serangan mereka di Ukraina timur setelah gagal merebut ibu kota, Kyiv, di utara.
Menangkap Donbas, di mana separatis yang didukung Moskow telah memerangi pasukan Ukraina selama delapan tahun terakhir, akan memberi Presiden Rusia Vladimir Putin kemenangan yang sangat dibutuhkan dua bulan ke dalam perang setelah upaya yang gagal untuk menyerbu ibukota.
Terdiri dari Luhansk dan Donetsk, wilayah Donbas yang sebagian besar berbahasa Rusia adalah rumah bagi tambang batu bara, pabrik logam, dan pabrik alat berat.
Para pemimpin pro-Rusia di sana telah mendeklarasikan dua republik merdeka, yang diakui Rusia sebelum meluncurkan invasi ke Ukraina.
Baca juga: Imbas Invasi Rusia, Perusahaan Senjata AS Raup Cuan, Permintaan Rudal Terus Meningkat
Baca juga: Panik karena Sanksi Barat, Warga Rusia Tarik Mata Uang Asing dari Bank Rp 140,6 Triliun pada Maret
Haidai mengatakan penembakan Rusia di Luhansk begitu intens sehingga orang tidak bisa meninggalkan tempat perlindungan bom mereka.
Dan setelah merebut Kreminna, pasukan penyerang sekarang mengancam kota Rubizhne dan Popasna, katanya.
Kedua kota itu sekarang sebagian dikendalikan oleh Rusia, tambahnya dalam sebuah pos terpisah.
Haidai mengatakan bahwa pertempuran terus berlanjut dan bahwa situasinya dapat berubah kapan saja.
“Rusia terus-menerus mencoba menerobos (garis pertahanan Ukraina), tetapi tidak berhasil,” katanya.
Luhansk sekarang dikotori dengan mayat musuh, lanjutnya.