Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Presiden Bank Dunia, David Malpass memprediksi jika total kerugian pada bangunan dan infrastruktur Ukraina telah mencapai jumlah yang fantastis akibat invasi Rusia.
Dalam konferensi yang diadakan Bank Dunia pada Kamis (21/4./2022) kemarin, Maplass menjelaskan kerugian Ukraina saat ini telah naik drastis hingga mencapai 60 miliar dolar AS atau setara Rp 861 triliun (Dengan satuan USD Rp 14,364).
Jumlah kerugian ini meningkat seiring dengan memuncaknya serangan Rusia pada Kreminna di wilayah Donbas, dalam beberapa minggu terakhir.
Baca juga: Aksi Balas Rusia, Mark Zuckerberg dan Sederet Nama Ini Dilarang Masuk Rusia
"Tentu saja perang masih berlangsung, sehingga biayanya meningkat," jelas Malpass.
Bahkan imbas dari meningkatnya serangan rudal Rusia telah mendorong pembengkakan biaya rekonstruksi bangunan yang jauh lebih besar pada perekonomian Ukraina.
Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal yang dikutip dari Reuters mencatat, PDB Ukraina turun sebanyak 30 hingga 50 persen dengan total kerugian yang sebagian berasal dari kerusakan infrastruktur. Disusul kerugian dari industri migas, pangan hingga industri alustista yang tembus mencapai 560 miliar dolar AS.
Baca juga: Penampakan Citra Satelit Diduga Kuburan Massal Korban Perang di Kota Mariupol Ukraina
Jumlah ini naik tiga kali lipat dari pengeluaran ekonomi Ukraina pada tahun 2020 lalu yang hanya sekitar 155,5 miliar dolar AS. Meski kini banyak bantuan tengah mengalir ke Ukraina, namun presiden Volodymyr Zelenskiy menyebut jumlah bantuan yang diterima negaranya saat ini masih kurang untuk membangun Ukrina agar pulih seperti sebelumnya.
Zelenskiy menambah total dana yang dibutuhkan untuk dapat membangun kembali Ukraina mencapai 7 miliar dolar AS per bulan. Jumlah ini bisa makin bertambah, terlebih jika rudal Rusia makin memanas dalam menyerang Ukraina.