“Kami memilih titik yang tidak memiliki konfrontasi antara tentara Israel dan para pejuang bersenjata,” terangnya.
“Kami menunggu Shireen mengenakan semua perlengkapan keselamatannya. Dia kemudian mencapai kami, kemudian kami bergeser beberapa meter,” lanjutnya.
“Lalu dalam hitungan detik, ada tembakan pertama. Saya mengatakan kepada mereka kami menjadi sasaran, bahwa kami telah ditembak,” bebernya.
“Aku berbalik dan menemukan Shireen tergeletak di tanah. Saya menemukan Shatha (Hanaysha) berlindung di balik pohon dan berteriak-teriak,” lanjut Mujahid.
“Penembakan berlanjut selama lebih dari tiga menit. (Wartawan Al Jazeera) Ali al-Samoudi terluka, dia bisa menyeberang jalan dan sampai ke titik aman. Penembakan ke arah Shatha berlanjut saat dia berdiri di bawah pohon,” katanya.
“Kami tidak bisa menolong Shireen. Pemuda di jalan mendatangi kami dan mencoba menarik Shireen keluar tetapi juga ditembak. Setiap kali ada yang bergerak maju, mereka ditembak,” kata Mujahed al-Saadi.
Utusan Uni Eropa Desak Penyelidikan Cepat
Utusan Uni Eropa untuk Palestina mendesak penyelidikan 'cepat dan independen' atas pembunuhan Shireen Abu Akleh.
Delegasi Uni Eropa untuk Palestina menyatakan terkejut atas pembunuhan Abu Akleh, menyerukan pelakunya dibawa ke pengadilan.
“Penting untuk memastikan keselamatan dan perlindungan jurnalis yang meliput konflik,” tambah pernyataan itu.
Kelompok jurnalis Palestina pun mengecam keras kematian Shireen Abu Akleh sebagai pembunuhan yang jelas dilakukan oleh tentara pendudukan Israel.
Sindikat itu juga menganggap pasukan pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas kejahatan keji terhadap kebebasan pers ini, terutama setelah Hari Kebebasan Pers Sedunia, 8 Mei.
Sindikat tersebut menekankan kejahatan pendudukan yang menargetkan Abu Akleh adalah tindakan yang disengaja dan direncanakan dan operasi pembunuhan yang sebenarnya.
Mereka menyerukan langkah jelas untuk melindungi sesama jurnalis dari penghasutan dan pembunuhan berkelanjutan yang dilakukan pasukan pendudukan Israel.