TRIBUNNEWS.COM - Berikut perkembangan terbaru mengenai kondisi di Pabrik Baja Azovstal di Mariupol, Ukraina yang sudah diduduki Rusia.
Terbaru, keseluruhan warga sipil yang tersisa di pabrik tersebut telah dievakuasi.
Hal ini disampaikan oleh pemimpin separatis wilayah Donetsk, Denis Pushilin dalam wawancara bersama saluran TV "Russia 1".
Pushilin menuturkan, semua warga sipil sudah meninggalkan Azovstal.
"Menurut informasi kami, dipastikan tidak ada warga sipil yang tersisa di sana. Dengan demikian, tangan unit kami terlepas," katanya, dikutip dari Ria Novosti.
Sebelumnya, pasukan Rusia berhasil mengepung Mariupol pada 7 Maret, dan pada 21 April, Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengumumkan bahwa kota itu telah sepenuhnya diduduki.
Baca juga: Didukung Tank dan Artileri, Pasukan Rusia Terus Gempur Pabrik Baja Azovstal di Mariupol
Baca juga: Lebih dari 300 Warga Sipil Berhasil Dievakuasi dari Pabrik Baja Azovstal
Tetapi lebih dari dua ribu militan dari batalyon nasionalis Azov tetap berada di Azovstal.
Selain itu, beberapa warga sipil juga berlindung di pabrik, hingga diperlukan koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi mereka.
Menurut markas pertahanan wilayah Republik Rakyat Donetsk (DPR), lebih dari 180 orang dievakuasi.
Sebagian besar warga dibawa ke desa Bezymennoe.
Sementara, warga yang ingin pergi ke daerah yang dikendalikan oleh otoritas Ukraina diserahkan kepada perwakilan PBB dan Komite Palang Merah Internasional.
Lantas, bagaimana dengan tentara Azov di pabrik tersebut?
Kondisi Tentara Perlu Dievakuasi
Rupanya, beberapa tentara yang tersisa di Azovstal mengalami luka-luka akibat serangan pasukan Rusia.
Untuk itu, Komisaris Hak Asasi Manusia Verkhovna Rada Liudmyla Denisova telah meminta PBB dan Palang Merah Internasional untuk mengevakuasi tentara yang terluka dari pabrik baja Azovstal ke daerah aman di Ukraina.
"Saya meminta PBB dan Palang Merah untuk mengambil semua tindakan sesuai dengan mandat mereka untuk mengevakuasi tentara Azovstal yang terluka ke wilayah aman Ukraina, di mana mereka akan diberikan perawatan medis dan perawatan yang layak," kata Denisova, dikutip dari Kyiv Post.
Menurutnya, para Garda Nasional Azov yang terluka itu bisa berpotensi cacat lantaran mengalami luka terbuka tanpa obat dan kondisi yang tidak bersih.
Baca juga: Nasib Warga Sipil di Komplek Pabrik Baja Azovstal, Disebut Jadi Propaganda Ukraina
Baca juga: Pertempuran Sengit di Azovstal, Penasihat Wali Kota Mariupol: Berubah Jadi Neraka
Dia menjelaskan, para pembela Mariupol itu telah melakukan upaya setiap menitnya untuk mempertahankan pos terdepan kota.
Bahkan, mereka tidak ragu untuk mengorbankan diri mereka sendiri untuk menyelamatkan Ukraina dan dunia dari kejahatan total.
"Sekarang dunia harus menyelamatkan mereka."
"Menurut Pasal 16 Konvensi Jenewa tentang Perlindungan Orang Sipil pada Saat Perang, orang sakit dan terluka berada di bawah perlindungan khusus dan penghormatan khusus."
"Pasal 3 Konvensi tentang Perbaikan Kondisi Orang yang Terluka dan Sakit di Angkatan Bersenjata mewajibkan para pihak untuk memperlakukan yang terluka secara manusiawi dalam segala keadaan," kata Denisova.
(Tribunnews.com/Maliana)