News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Siapa Sosok Shireen Abu Akleh Jurnalis Aljazera Palestina yang Ditembak Sniper Israel di Jenin?

Penulis: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wartawan mengawal jenazah jurnalis veteran Al Jazeera Shireen Abu Aqleh, yang ditembak mati oleh pasukan Israel saat meliput serangan di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat, menurut jaringan tersebut, pada 11 Mei 2022, di rumah sakit di Jenin. (Photo by JAAFAR ASHTIYEH / AFP)

Ia menjadi koresponden lapangan pertama jaringan berbahasa Arab yang berbasis di Qatar dan mendapatkan ketenaran untuk liputannya tentang Intifada Palestina kedua pada 2000.

“Saya memilih jurnalistik untuk dekat dengan rakyat,” kata Abu Akleh dalam salah satu video.

“Mungkin tidak mudah untuk mengubah kenyataan, tapi setidaknya saya bisa membawa suara mereka ke dunia,” tambahnya.

Sebagai jurnalis televisi, Abu Akleh meliput peristiwa besar dan kecil, dari perang Gaza 2008, 2009, 2012, 2014 dan 2021.

Ia meliput aksi pembobolan penjara oleh enam warga Palestina yang melarikan diri dari penjara dengan keamanan maksimum di Israel utara September lalu.

Dia juga meliput berita regional, termasuk perang di Lebanon pada 2006.

“Shireen adalah pelopor, inspirasi bagi kita semua,” kata Dalia Hatuqa, seorang jurnalis Al Jazeera yang merupakan teman dekat Abu Akleh.

 “Kehadirannya menjadi identik dengan Al Jazeera,” tambahnya.

Kementerian Kesehatan Palestina mengungkapkan pasukan Israel menembak dan membunuh Shireen Abu Akleh (51), seorang wartawan veteran Al Jazeera di Tepi Barat yang diduduki. (Al Jazeera)

Sosok Fenomenal Kelahiran Yerusalem 

Selama puncak Intifadah kedua, Hatuqa mengingat tentara Israel berkeliling kota Ramallah Palestina.

Di tiap laporannya, ia mengatakan secara jelas menggunakan kalimat penutup: Shireen Abu Akleh, Al Jazeera, Ramallah”.

Bagi teman-temannya, Abu Akleh jauh lebih dari sekadar wajah Al Jazeera di Palestina.

“Dia suka bepergian, melihat dunia, berbelanja, berpesta,” kata Hatuqa.

“Dia kehilangan ibu dan ayahnya ketika dia masih muda dan melihat begitu banyak kekejaman di dunia, terutama di Palestina, tetapi itu tidak pernah menghentikannya untuk menghargai dan menikmati hidup,” kata Nida Ibrahim.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini