News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Laporan Terbaru Menyebutkan Tidak Menutup Kemungkinan Terjadi Perang Nuklir Rusia Vs NATO di Ukraina

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Cuplikan video handout yang dirilis Kementerian Pertahanan Rusia pada 20 April 2022 menunjukkan peluncuran rudal balistik antarbenua Sarmat di lapangan pengujian Plesetsk, Rusia. Presiden Rusia mengatakan bahwa Rusia telah berhasil menguji rudal balistik antarbenua Sarmat, mengatakan generasi berikutnya yang mampu membawa muatan nuklir akan membuat musuh Kremlin berpikir dua kali.

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON -  Memasuki bulan ketiga perang Rusia dengan Ukraina belum juga memperlihatkan tanda-tanda akan berakhir.

Begitu banyak korban berjatuhan dari kedua pihak.

Penggunaan senjata militer paling canggih dikerahkan dua negara selama perang berlangsung.

Kecuali senjata nuklir, hingga saat ini belum diturunkan dalam perang itu.

Namun demikian sebuah laporan pakar mengungkapkan perang nuklir antara Rusia dengan Amerika  Cs (NATO) bisa saja terjadi di Ukraina.

Laporan dari Buletin Ilmuwan Atom mengungkapkan Amerika dan sekutunya tak akan ragu untuk menggunakan bom nuklir di markas Rusia di Ukraina.

Baca juga: Rusia Sebut 1.730 Tentara Ukraina di Pabrik Baja Azovstal Mariupol Menyerah

Hal itu diyakini bakal terjadi jika Presiden Rusia Vladimir Putin mengawali serangan tersebut.

Laporan tersebut mengklaim jika Putin menggunakan nuklir untuk mengubah lintasan invasinya yang goyah ke Ukraina maka sekutu memiliki empat opsi untuk menyerang balik.

Empat opsi itu salah satunya adalah menggunakan senjata nuklir atau senjata yang ada untuk melawan pasukan Rusia di dalam atau di luar Ukraina.

Selain itu, opsi lainnya yakni melakukan serangan militer konvensional terhadap pasukan Rusia dengan terus memasok senjata ke Ukraina  atau menekan Ukraina untuk mengakhiri konflik.

Dari keempat opsi tersebut, tak diragukan lagi keputusan NATO menggunakan senjata nulir akan menjadi yang paling mengerikan.

Laporan tersebut mengungkapkan jika Putin menggunakan senjata nuklir di Ukraina maka itu akan berupa sebuah bom taktis yang menargetkan unit-unit militer untuk mengubah situasi operasional di lapangan.

Jika hal itu terjadi, laporan tersebut menegaskan NATO akan merespons dengan cara yang sama.

“Untuk ingin melakukannya dalam skenario ini, AS dan NATO perlu menyerang Rusia di Ukraina, atau sebaliknya secara signifikan mengubah sifat konflik dengan menyerang target di Rusia,” bunyi laporan itu dikutip dari Daily Star seperti dikutip pada Kamis (19/5/2022).

“Kemungkinan akan ada target militer Rusia di Ukraina, di mana serangan nuklir hasil rendah akan menghasilkan korban terbatas,” tambahnya.

Namun, laporan itu menegaskan, serangan tersebut akan memberikan dampak siginifikan, yang membuat NATO kemungkinan harus melakukan beberapa serangan.

“Tetapi, potensi dampak yang bertahan lama dan pandangan dua kekuatan nuklir saling serang di wilayah negara non-nuklir, secara politik tidak layak,” bunyi laporan itu.

“Jadi mungkin sangat aman jika tak menyertakan respons Barat yang seperti itu di Ukraina, menggunakan senjata nuklir,” lanjutnya.

Sekutu Rusia Khawatir Serangan Nuklir

Sekutu terdekat Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan barat tentang risiko jika NATO berkonflik dengan Rusia.

Dilansir Reuters, pasokan senjata kepada Ukraina oleh Amerika Serikat (AS) beserta sekutunya dapat memicu konflik antara Rusia dan aliansi militer tersebut. 

Mantan Presiden Dmitry Medvedev, yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia, mengatakan konflik seperti itu dengan NATO selalu membawa risiko berubah menjadi perang nuklir besar-besaran.

"Negara-negara NATO memompa senjata ke Ukraina, melatih pasukan untuk menggunakan peralatan Barat, mengirim tentara bayaran dan latihan negara-negara Aliansi di dekat perbatasan kita meningkatkan kemungkinan konflik langsung dan terbuka antara NATO dan Rusia," kata Medvedev dalam sebuah posting Telegram, Kamis (12/5/2022) lalu.

"Konflik seperti itu selalu memiliki risiko berubah menjadi perang nuklir penuh," kata Medvedev.

"Ini akan menjadi skenario bencana bagi semua orang," pungkasnya.

Sejauh ini, Rusia dan Amerika Serikat memiliki kekuatan nuklir terbesar di dunia.

Rusia memiliki sekitar 6.257 hulu ledak nuklir.

Sedangkan tiga kekuatan nuklir NATO; AS, Inggris, dan Prancis memiliki sekitar 6.065 hulu ledak gabungan, menurut Arms Control Association di Washington.

Putin mengatakan operasi khusus di Ukraina dilakukan karena AS menggunakan Kyiv untuk mengancam negaranya.

Moskow, menurut Putin, juga harus melawan penganiayaan terhadap orang-orang berbahasa Rusia.

Putin, yang mengatakan Ukraina dan Rusia pada dasarnya adalah satu, menyebut perang itu sebagai konfrontasi yang tak terhindarkan dengan Amerika Serikat, yang dia tuduh mengancam Rusia dengan ikut campur di halaman belakangnya melalui perluasan NATO ke arah timur.

Di sisi lain, Ukraina menganggap sedang memerangi perampasan tanah gaya kekaisaran, Kyiv juga menilai klaim genosida Putin adalah omong kosong.

Kyiv mengatakan invasi Putin hanya memperkuat keinginan rakyat Ukraina untuk berpaling ke barat dari orbit Rusia.

Sumber: Daily Star/Reuters/Kompas.TV

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini