News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Google Pilih Ajukan Bangkrut di Rusia, Rekening Bank Disita Pihak Berwenang

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto diambil pada 17 Februari 2019, menunjukkan logo Google ditampilkan pada tablet di Paris.

TRIBUNNEWS.COM - Anak perusahaan Google Rusia berencana menyatakan kebangkrutan setelah pihak berwenang menyita rekening banknya.

Akibatnya, unit Alphabet Inc (GOOGL.O) tak bisa membayar staf dan vendornya.

Kendati demikian, layanan gratis termasuk pencarian dan YouTube akan tetap beroperasi, kata juru bicara Google, Rabu (18/5/2022), sebagaimana dilansir Reuters.

Google telah berada di bawah tekanan Rusia selama berbulan-bulan karena gagal menghapus konten yang dianggap ilegal oleh Moskow.

Selain itu, Google juga membatasi akses ke beberapa media Rusia di YouTube, namun sejauh ini Kemlin tak memblokir akses ke situs perusahaan jasa.

Logo Google di kantor Google Indonesia (Kompas Images)

Baca juga: Pejabat Ukraina Sebut AS Akan Bantu Hancurkan Armada Laut Hitam Rusia

Baca juga: Setelah Azovstal Jatuh, Popasnaya Jadi Spot Perang Sengit Rusia-Ukraina

"Penyitaan rekening bank Google Rusia oleh otoritas Rusia telah membuat kantor kami di Rusia tidak dapat berfungsi, termasuk mempekerjakan dan membayar karyawan yang berbasis di Rusia, membayar pemasok dan vendor, serta memenuhi kewajiban keuangan lainnya," terang juru bicara Google.

"Google Rusia telah menerbitkan pemberitahuan tentang niatnya untuk mengajukan kebangkrutan."

Sebuah saluran TV milik seorang pengusaha Rusia yang terkena sanksi, mengatakan pada bulan April, petugas pengadilan telah menyita 1 miliar rubel ($15 juta atau sekitar Rp220 miliar) dari Google karena kegagalannya memulihkan akses ke akun YouTube-nya.

Tetapi, Rabu kemarin adalah pertama kalinya raksasa teknologi AS itu mengatakan banknya rekening secara keseluruhan telah disita.

Google tidak segera mengonfirmasi apakah penyitaan dana tersebut yang menyebabkan niatnya untuk mengajukan kebangkrutan, atau apakah penyitaan lain telah terjadi.

Basis data Layanan Jurusita Federal Rusia mencatat dua penyitaan sejak pertengahan Maret, tanpa menyebutkan jumlahnya, serta denda dan biaya penegakan hukum lainnya.

Layanan tersebut mengonfirmasi mereka telah menyita aset dan properti Google.

Google mengonfirmasi telah memindahkan banyak karyawannya keluar dari Rusia sejak Moskow mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari.

Tetapi, beberapa telah memilih untuk tinggal lebih lama bersama perusahaan.

Sebuah catatan yang diposting di registri resmi Rusia Fedresurs pada hari Rabu, mengatakan anak perusahaan Google bermaksud untuk menyatakan kebangkrutan dan sejak 22 Maret telah meramalkan "ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban moneternya," termasuk pembayaran pesangon, remunerasi untuk staf saat ini dan mantan, serta pembayaran wajib tepat waktu.

Baca juga: Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov: Rusia Jelas Takkan Pasok Gas Secara Gratis

Baca juga: Rusia Klaim Telah Ambil Kendali Penuh atas Mariupol Ukraina

Layanan Gratis Tetap Tersedia

Aplikasi-aplikasi Google, termasuk Chrome, Gmail, Maps, Drive, dan YouTube. (Ist)

Google, yang telah menghentikan penjualan iklan dan sebagian besar operasi komersialnya di Rusia, mengatakan layanan gratisnya, termasuk Gmail, Maps, Android, dan Play akan tetap tersedia untuk pengguna Rusia.

Pada Selasa (17/5/2022), Rusia mengatakan pihaknya tidak berencana memblokir YouTube Google, meskipun ada ancaman dan denda berulang.

Rusia mengakui langkah sedemikian rupa akan membuat pengguna Rusia menderita, sehingga harus dihindari.

Kepala Eksekutif Rostelecom (RTKM.MM), Mikhail Oseevskiy, mengatakan pada hari Rabu, Google beroperasi seperti biasa di negara itu, termasuk semua servernya, seperti dilaporkan kantor berita TASS yang dikutip Reuters.

Pada Desember, Rusia mendenda Google biaya 7,2 miliar rubel (sekitar Rp1,7 triliun) untuk apa yang dikatakan Moskow sebagai kegagalan berulang untuk menghapus konten yang dianggap ilegal oleh Rusia, hukuman berbasis pendapatan pertama dari kasus semacam itu di Rusia.

Berdasarkan data pengadilan, denda itu bertambah sebanyak 506 juta rubel (sekitar Rp119,7 miliar) karena biaya penegakan.

Pendapatan tahun 2021 anak perusahaan Google Rusia di Rusia adalah 134,3 miliar rubel (sekitar Rp31,7 triliun), menurut database perusahaan Rusia Spark milik kantor berita Interfax.

Alphabet mengatakan bulan lalu, Rusia menyumbang 1 persen dari pendapatannya tahun lalu, atau sekitar $2,6 miliar (sekitar Rp38 triliun).

Baca juga: UPDATE Serangan Rusia ke Ukraina Hari ke-87, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi

Baca juga: NATO Tambah Anggota, Rusia akan Bangun 12 Pangkalan Militer Baru

Pengadilan Rusia Disebut Sita Rp176 Miliar dari Google

Logo Google (SPUTNIK NEWS)

Sebelumnya, sebuah saluran televisi milik seorang pengusaha Rusia yang terkena sanksi, mengatakan pada April lalu bahwa petugas keadilan telah menyita 1 miliar rubel ($ 12 juta atau sekitar RpRp176 miliar) dari Google Alphabet Inc (GOOGL.O) atas kegagalan raksasa teknologi AS itu untuk memulihkan akses ke akun YouTube-nya.

Mengutip Reuters, kasus ini merupakan bagian dari kampanye tekanan Moskow yang lebih luas terhadap Big Tech yang telah meningkat menjadi pertempuran untuk mengendalikan arus informasi sejak Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari.

Rusia telah membatasi akses ke platform andalan Twitter (TWTR.N) dan Meta Platforms Inc (FB.O), Facebook, dan Instagram.

YouTube, yang menghadapi tuntutan dan ancaman reguler dari regulator komunikasi negara Roskomnadzor, akan segera menemui nasib yang sama.

Tsargrad TV, saluran Kristen Ortodoks yang dimiliki oleh pengusaha Konstantin Malofeev, bulan lalu mengatakan Google telah kehilangan banding pengadilan terhadap keputusan 2021 bahwa perusahaan membayar denda 100.000 rubel (sekitar Rp23,6 juta) setiap hari karena memblokir akun YouTube saluran tersebut.

Pengadilan Arbitrase Moskow mengatakan tahun lalu, denda harian akan berlipat ganda setiap minggu, dimana keputusan itu gagal dipatuhi Google.

Tsargrad, yang menyebut dirinya saluran Rusia patriotik, mengatakan denda akan berhenti bertambah ketika mencapai 1 miliar rubel, jumlah yang dicapai pada pertengahan Maret.

Namun, mulai September, batasan itu akan dihapus.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini