"Tidak ada keraguan bahwa tangan arogansi global dapat terlihat dalam kejahatan ini," tuturnya.
Iran telah menjadi pendukung militer utama rezim Suriah.
Pemerintah telah mengirim ribuan pejuang ke Suriah dan Irak untuk berperang melawan kelompok ISIL (ISIS) di bawah Pasukan Quds yang mengawasi operasi asing.
Baca juga: Saudi-Iran Gelar Negosiasi Rahasia, Pangeran MBS Ingin Bersahabat dengan Teheran
Enam ilmuwan dan akademisi tewas terbunuh sejak 2010
Setidaknya enam ilmuwan dan akademisi Iran telah terbunuh atau diserang sejak 2010.
Beberapa oleh penyerang mengendarai sepeda motor, dalam insiden yang diyakini menargetkan program nuklir Iran, yang menurut Barat ditujukan untuk memproduksi bom.
Iran menyangkal hal ini dengan mengatakan program nuklirnya memiliki tujuan damai.
Teheran mengecam pembunuhan para ilmuwannya sebagai tindakan "terorisme" yang dilakukan oleh badan-badan intelijen Barat dan Mossad Israel.
Sementara, Israel telah menolak mengomentari tuduhan tersebut.
“Ini bukan pertama kalinya pembunuhan terjadi di Teheran. Ada contoh di masa lalu. Dan seringkali orang Israel dan Amerika bersalah,” kata Aslani dari Pusat Studi Strategis Timur Tengah.
Lebih jauh, pada Januari 2020, Jenderal Qassem Soleimani, Kepala Pasukan Quds dan arsitek aparat keamanan regionalnya, tewas setelah serangan udara Amerika Serikat di bandara internasional Baghdad.
Gedung Putih dan Pentagon mengkonfirmasi pembunuhan Soleimani di Irak, dengan mengatakan serangan itu dilakukan atas arahan Presiden AS Donald Trump dan ditujukan untuk mencegah serangan di masa depan yang diduga direncanakan oleh Iran.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)