Untuk itu, Lavrov menuturkan akan mempertimbangkan secara serius jika suatu saat Barat sadar dan ingin menawarkan sesuatu untuk melanjutkan hubungannya dengan Rusia.
"Moskow tidak hanya menerapkan strategi substitusi impor sebagai tanggapan terhadap sanksi anti-Rusia."
"Tetapi 'dengan cara apa pun harus berhenti bergantung pada pasokan apa pun dari Barat' dan mengandalkan kemampuannya sendiri dan negara-negara yang telah "terbukti keandalan mereka” dan bertindak secara independen," jelasnya.
Rusia Makin Dekat dengan China di Tengah Embargo Gas dari Uni Eropa
Jerman menyatakan bahwa Uni Eropa kemungkinan akan mencapai kesepakatan embargo impor minyak Rusia dalam beberapa hari ke depan.
Di saat hubungan ekonomi dengan Eropa terancam terputus, Rusia fokus pada hubungannya dengan China.
Dilansir Reuters, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada para pemimpin bisnis global di Davos pada Senin (23/5/2022), bahwa dunia harus meningkatkan sanksi kepada Rusia.
Ini untuk mencegah negara lain menggunakan kekuatannya untuk mencapai tujuan.
Baca juga: Diplomat Rusia Mundur karena Malu Negaranya Menginvasi Ukraina, Sempat Disuruh Tutup Mulut
Baca juga: Ulasan Pakar Geopolitik, Barat Gagal Remehkan Senjata Laser Rusia di Ukraina
Banyak dari 27 negara anggota Uni Eropa (UE) yang sangat bergantung dengan impor energi Rusia.
Keputusan UE yang masih menggantung, memicu kritikan dari Kyiv bahwa blok tersebut lambat dalam menyetop pasokan energi Rusia.
Hongaria tetap pada tuntutannya untuk investasi energi sebelum menyetujui embargo, bentrok dengan negara-negara Uni Eropa yang mendorong persetujuan cepat.
Uni Eropa telah menawarkan hingga 2 miliar euro ($2,14 miliar) kepada negara-negara di tengah dan timur yang kekurangan pasokan non-Rusia.
"Kami akan mencapai terobosan dalam beberapa hari," kata Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, kepada penyiar ZDF.
Ia mengatakan, Komisi Eropa dan Amerika Serikat bekerja secara paralel pada proposal untuk membatasi harga minyak global.