News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Turki Resmi Ganti Nama Jadi Turkiye, Ingin Disebut dengan Nama Baru dalam Semua Bahasa

Penulis: Rica Agustina
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan - Turki resmi mengganti nama negaranya menjadi Turkiye. PBB mengumumkan mulai sekarang Turki ingin disebut Turkiye dalam semua bahasa.

TRIBUNNEWS.COM - Negara di kawasan Eurasia, Turki, resmi mengganti nama negaranya menjadi Turkiye.

Perubahan nama tersebut merupakan perintah langsung dari Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan mulai sekarang Turki ingin disebut Turkiye dalam semua bahasa, Kamis (2/6/2022).

"Perubahannya segera," kata Juru Bicara Sekjen PBB Stephane Dujarric seperti dikutip Channel News Asia.

Dujarric mencatat bahwa surat resmi Ankara yang meminta perubahan telah diterima di markas besar PBB di New York pada hari Rabu.

Baca juga: Syarat Turki kepada Finlandia dan Swedia Jika Ingin Diterima Gabung NATO

Sehari sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavasoglu telah men-tweet foto dirinya yang menandatangani surat tersebut, yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

"Dengan surat yang saya kirimkan ke Sekjen PBB hari ini, kami mendaftarkan nama negara kami dalam bahasa asing di PBB sebagai 'Turkiye'," tulisnya, termasuk umlaut di atas "u".

Dia menambahkan, perubahan itu akan mengakhiri proses "peningkatan nilai merek Turki".

Yakni sebuah inisiatif yang dimulai oleh Erdogan, yang telah memimpin negara itu selama hampir dua dekade.

Selama beberapa tahun terakhir, Turki telah berupaya mengubah merek pada produknya dari "buatan Turki" menjadi "buatan Turkiye".

Baca juga: Erdogan Bahas Rencana Serangan Turki ke Suriah dengan Putin

Selain membuat nomenklatur PBB sesuai dengan ejaan negara dalam bahasa Turki, pembaruan tersebut juga akan membantu membedakan negara tersebut dari burung dengan nama yang sama dalam bahasa Inggris.

"Perubahan nama mungkin tampak konyol bagi sebagian orang, tetapi itu menempatkan Erdogan dalam peran pelindung, menjaga rasa hormat internasional terhadap negara," kata profesor Universitas Georgetown Mustafa Aksakal seperti dikutip di New York Times.

Surat kabar itu mencatat bahwa langkah tersebut dilakukan menjelang pemilihan presiden tahun depan.

Selain itu, juga memperingati seratus tahun berdirinya Turki setelah pembubaran Kekaisaran Ottoman.

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini