News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rusia Desak Turki Tak Lancarkan Serangan di Suriah Utara, Sebut soal Kerusakan Berbahaya

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membuat pernyataan saat konferensi pers menyusul rapat kabinet di Kompleks Kepresidenan di Ankara, Turki pada 26 April 2021

TRIBUNNEWS.COM - Rusia mendesak Turki untuk tidak melancarkan serangan di Suriah utara setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan memperbarui ancaman kampanye militer yang menargetkan "teroris" Kurdi.

“Kami berharap Ankara akan menahan diri dari tindakan yang dapat menyebabkan kerusakan berbahaya dari situasi yang sudah sulit di Suriah,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam sebuah pernyataan pada Kamis (3/6/2022).

"Langkah seperti itu, dengan tidak adanya kesepakatan dari pemerintah yang sah dari Republik Arab Suriah, akan menjadi pelanggaran langsung terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Suriah," jelasnya.

"(Dan) akan menyebabkan eskalasi lebih lanjut dari ketegangan di Suriah", tambahnya.

Baca juga: Turki Resmi Ganti Nama Jadi Turkiye, Ingin Disebut dengan Nama Baru dalam Semua Bahasa

Baca juga: POPULER Seleb: Mawar AFI Tak Terima Dibandingkan dengan Susi | Cici Paramida Dekat dengan Pria Turki

Presiden Turki dan pemimpin Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK) Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pidato selama pertemuan kelompok parlemen partainya di Majelis Nasional Besar Turki di Ankara pada 1 Juni 2022.

Dilansir Al Jazeera, Erdogan pada Rabu (1/6/2022) kembali mengusulkan serangan militer di Suriah utara.

“Kami mengambil langkah lain dalam membangun zona keamanan 30 km (19 mil) di sepanjang perbatasan selatan kami. Kami akan membersihkan Tal Rifat dan Manbij,” katanya, merujuk pada dua kota di Suriah utara.

Erdogan mengatakan mereka kemudian akan melanjutkan “langkah demi langkah ke wilayah lain”.

Selama seminggu, pemimpin Turki telah mengancam akan melancarkan operasi terhadap pejuang Partai Pekerja Kurdistan (PKK).

Dia juga menargetkan Unit Perlindungan Rakyat (YPG), sebuah kelompok Suriah-Kurdi yang dianggap sebagai bagian dari PKK.

PKK telah melancarkan pemberontakan bersenjata melawan Turki sejak 1984, dan puluhan ribu orang tewas dalam konflik tersebut.

Pemerintah Turki menuduh YPG menyerang pasukan keamanan Turki di Suriah.

Zakharova mengatakan memahami kekhawatiran Turki tentang ancaman terhadap keamanan nasional yang berasal dari daerah perbatasan" dengan Suriah.

Dia menambahkan masalah hanya dapat diselesaikan jika pasukan Suriah dikerahkan di daerah tersebut.

Di bawah ketentuan perjanjian 2019, Rusia, sekutu rezim Damaskus, dan Turki setuju untuk memastikan pasukan Kurdi menarik diri dari daerah-daerah di Suriah yang dekat dengan perbatasan Turki dan meluncurkan patroli bersama.

Baca juga: Resmi! Turki Ganti Nama ke PBB Jadi Turkiye

Baca juga: PBB Setuju Ubah Nama Resmi Turki Menjadi Turkiye

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken (AP News)
Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini