News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Serbia Abaikan Bujukan Jerman untuk Jatuhkan Sanksi Terhadap Rusia

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kanselir Jerman Olaf Scholz berbicara kepada pers saat ia tiba untuk hari pertama pertemuan khusus Dewan Eropa di Gedung Dewan Eropa di Brussels pada 30 Mei 2022.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, BEOGRAD – Presiden Serbia Aleksandar Vuvic menolak ajakan Kanselir Jerman, Olaf Scholz pada Jumat (10/6/2022), untuk menjatuhkan sanksi kepada Rusia atas tindakan Moskow yang menginvasi Ukraina sejak Februari lalu. Vuvic mengatakan, dia tidak yakin, sanksi seperti itu akan efisien.

Dikutip dari Reuters, Scholz mengungkapkan sebagai calon anggota UE, Serbia harus mengikuti langkah UE yang telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Namun Vuvic mengatakan, negaranya berada di posisi yang sulit, serta UE harus mempertimbangkan hubungan khusus yang telah lama terjalin antara Rusia dan Serbia.

Baca juga: Tingkatkan Kerja Sama, Rusia dan China Resmikan Jembatan Lintas Batas

“Sejauh menyangkut sanksi, kami memiliki posisi yang berbeda. Kami ingat sanksi (terhadap Serbia) dan kami tidak berpikir sanksi itu efisien,” kata Vucic saat menghadiri konferensi pers di ibu kota Serbia, Beograd.

Scholz berjanji akan membantu negara-negara Balkan Barat memperoleh keanggotaannya di Uni Eropa. Langkah ini bertujuan untuk meredakan ketegangan regional dan mengurangi pengaruh Rusia yang besar di Kawasan tersebut.

Invasi Rusia ke Ukraina, menjadi peringatan bagi UE untuk mengikat Montenegro, Serbia, Albania, Makedonia Utara, Bosnia dan Herzegovina serta Kosovo untuk lebih dekat dengan UE, baik melalui keanggotaan penuh atau komunitas alternatif.

Baca juga: McDonalds Hengkang dari Rusia, Kini Restoran Pengganti akan Segera Dibuka, Logo Baru Dipamerkan

Berbicara mengenai keanggotaan di UE, Scholz yang sebelumnya bertemu dengan Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti, mengatakan telah menjadikan keanggotaan Kosovo untuk UE sebagai prioritas dan juga mendukung aspirasinya untuk liberisasi visa UE.

“Sangat penting untuk mengirim sinyal kepercayaan baru dan harapan bahwa proses aksesi ini diinginkan oleh UE dengan sangat serius, dan itu juga memiliki peluang realistis jika semua orang berusaha,” kata Scholz.

Sementara itu, Ukraina dan Moldova telah mengirim permintaan kepada UE untuk mempercepat proses keanggotaan mereka, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah aksesi kedua negara ini akan didahulukan atau harus menunggu giliran mereka setelah negara-negara Balkan Barat.

Namun, negara-negara UE termasuk Jerman mengatakan tidak akan ada jalan pintas untuk menerima Ukraina sebagai anggota UE.

Uni Eropa menghadapi ketegangan baru, setelah munculnya rencana pemisahan diri Serbia Bosnia yang pro-Rusia. Seorang ahli Balkan di Universitas Graz Austria, Florian Bieber menyalahkan kurangnya kemajuan dalam tawaran keanggotaan UE di kawasan Balkan.

Baca juga: Tak Berhenti di Ukraina, Putin Isyaratkan Perluas Lagi Wilayah Rusia: Kita Harus Memperkuat Negara

“Fakta bahwa hal itu tidak terjadi adalah masalah nyata dan pengaruh yang berkembang dari negara-negara lain seperti Rusia dan China adalah akibat dari proses yang tidak berkembang ini,” kata Bieber,

Dia menambahkan, saat ini penting memantau apakah kepemimpinan Scholz yang mulai menjabat pada bulan Desember lalu, akan memberikan kemajuan pada proses keanggotaan UE bagi negara-negara di kawasan Balkan, seperti yang dilakukan mantan kanselir Jerman, Angela Markel yang menyatakan dukungannya untuk keanggotaan UE bagi negara-negara Balkan namun tidak berbuat banyak untuk mewujudkan dukungannya tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini