TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Invasi Rusia di Ukraina masih terus terjadi.
Ukraina kini dihantui wabah kolera akibat banyaknya mayat korban perang yang membusuk.
Sementara itu, seorang intelijen menyebut Rusia bisa menyerang wilayah lain juga sudah berhasil menduduki Donbas.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan China, Wei Fenghe, mengatakan bahwa Beijing akan memulai perang jika Taiwan mendeklarasikan kemerdekaan.
Selengkapnya, berikut berita populer Internasional dalam 24 jam terakhir.
1. Kolera Mengancam Nyawa Warga Mariupol Ukraina, Sumur Tercemar oleh Mayat Korban Perang
Wali Kota Mariupol, Vadym Boychenko, memperingatkan soal penyakit kolera dan penyakit mematikan lainnya yang mengancam nyawa warga.
Boychenko mengatakan, penyakit kolera mengancam nyawa ribuan orang di kota yang diduduki pasukan Rusia ini karena mayat tidak dikumpulkan di tengah suhu yang meningkat.
Boychenko sendiri dilaporkan tidak lagi berada di Mariupol.
Dalam acara di televisi nasional, Wali Kota Mariupol ini mengatakan sumur-sumur telah terkontaminasi mayat korban serangan Rusia.
Ia menyebut pengumpulan mayat berjalan lambat.
Baca juga: Mariupol Ukraina Terancam Hadapi Wabah Kolera akibat Mayat Tidak Terkubur dan Sampah yang Cemari Air
Baca juga: 100 hingga 200 Tentara Ukraina Tewas Setiap Hari di Medan Perang
"Ada wabah disentri dan kolera. Sayangnya, ini adalah penilaian dokter kami: bahwa perang yang mengambil alih 20.000 penduduk sayangnya, dengan wabah infeksi ini, akan merenggut ribuan warga Mariupol lagi," kata dia, lapor The Guardian.
Sebelumnya, ia menyebut Mariupol dikarantina dan tidak ada orang yang diizinkan masuk atau keluar.
Dia mengatakan kepada BBC bahwa banyak orang mati di kota.
"Mereka (pasukan Rusia) belum membersihkan mayat orang-orang yang mereka bunuh dalam pemboman itu. Banyak mayat masih berada di bawah reruntuhan. Masalahnya diperparah dengan tidak adanya pengumpulan sampah – sistem tidak berfungsi sejak Februari," tambahnya.
Situasi menjadi lebih buruk karena sudah memasuki musim panas.
2. Intelijen Ukraina: Jika Rusia Kuasai Donbas, Mereka Bisa Serang Wilayah Lain hingga Seluruh Ukraina
Vadym Skibitsky, Wakil Kepala Intelijen Militer Ukraina, mengungkap mengenai kondisi tiga garis depan dalam perang melawan Rusia.
Skibitsky mengatakan sebagian besar pasukan Rusia sekarang terkonsentrasi di wilayah Donbas dan berusaha menduduki perbatasan administratif republik Donetsk dan Luhansk.
Di daerah tersebut terjadi pertempuran artileri yang paling berat.
Sementara di timur laut Ukraina, sekitar Kharkiv, dia mengatakan pasukan Rusia fokus pada pertahanan setelah serangan balasan Ukraina mendorong mereka keluar dari beberapa kota dan desa di wilayah itu pada Mei 2022.
“Ancaman terhadap Kharkiv telah berkurang,” kata Skibitsky, diktip Tribunnews dari The Guardian.
Baca juga: Militer Ukraina Hampir Kehabisan Amunisi dalam Perang Lawan Rusia, Satu Hari Pakai 6.000 Peluru
Terakhir, di Zaporizhzhia dan Kherson, dua wilayah selatan Ukraina yang hampir seluruhnya diduduki Rusia, pasukan Rusia menggali untuk jangka panjang, kata Skibitsky.
Menurutnya, mereka membangun lini pertahanan ganda.
“Sekarang akan lebih sulit untuk mendapatkan kembali wilayah itu, Dan itulah mengapa kita membutuhkan senjata,” kata Skibitsky.
“Jika mereka berhasil di Donbas, mereka dapat menggunakan wilayah ini untuk melancarkan serangan lain ke Odesa, Zaporizhzhia, Dnipro,” kata Skibitsky.
“Tujuan mereka adalah seluruh Ukraina dan banyak lagi.”
3. China Dilaporkan Ancam Memulai Perang Jika Taiwan Nekat Deklarasikan Kemenangan
Menteri Pertahanan China, Wei Fenghe, mengatakan bahwa Beijing akan memulai perang jika Taiwan mendeklarasikan kemerdekaan.
Menurut laporan The Guardian, Fenghe disebut mengatakan hal ini kepada Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, ketika bertemu di sela-sela KTT keamanan Dialog Shangri-La di Singapura, Jumat (10/6/2022).
Austin meminta China menahan diri dari tindakan destabilisasi lebih lanjut di Taiwan, demikian pernyataan AS usai putaran pertama pertemuan puncak tersebut.
Kementerian Luar Negeri Taiwan mengecam klaim China atas wilayahnya dan berterima kasih kepada AS karena terus memberi dukungan.
"Taiwan tidak pernah berada di bawah yurisdiksi pemerintah China, dan rakyat Taiwan tidak akan menyerah pada ancaman kekuatan dari pemerintah China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan, Joanne Ou.
Baca juga: China: AS Akan Bayar Harga Yang Tak Tertahankan, Jika Salah Langkah Soal Taiwan
Baca juga: Pesawat Militer China Jatuh di Daerah Pemukiman, Setidaknya 1 Orang Tewas
Departemen Pertahanan AS dalam pernyataannya juga mengatakan, Austin menegaskan pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
Menhan AS itu dikatakan "menentang perubahan sepihak terhadap status quo, dan meminta (China) untuk menahan diri dari tindakan destabilisasi lebih lanjut terhadap Taiwan".
Ketegangan antara Taiwan dan China belakangan ini meningkat, usai Beijing mengirim pesawat perangnya ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) pulau itu.
Mei lalu, Presiden AS Joe Biden mengatakan dalam kunjungannya ke Jepang, bahwa Washington akan membela Taiwan secara militer jika diserang China.
Selama KTT di Singapura, Wei Fenghe dilaporkan memberi tahu Austin bahwa Beijing akan "menghancurkan hingga berkeping-keping setiap plot kemerdekaan Taiwan dan dengan tegas menjunjung tinggi penyatuan tanah air".
4. Hari Dunia Menentang Pekerja Anak 12 Juni 2022, Apa Bahaya Bekerja bagi Perkembangan Anak Usia Dini?
Hari Dunia Menentang Pekerja Anak atau The World Day Against Child Labor diperingati setiap 12 Juni.
Tema Hari Dunia Menentang Pekerja Anak 2022 adalah menyerukan peningkatan investasi dalam sistem dan skema perlindungan sosial terhadap anak-anak dari pekerja anak.
Anak-anak di seluruh dunia secara rutin terlibat dalam bentuk pekerjaan berbayar dan tidak berbayar.
Menurut PBB, anak-anak diklasifikasikan sebagai pekerja anak jika mereka terlalu muda untuk bekerja, atau terlibat dalam aktivitas berbahaya yang dapat membahayakan perkembangan fisik, mental, sosial atau pendidikan mereka.
Di negara-negara kurang berkembang, satu dari empat anak (usia 5 sampai 17) terlibat dalam pekerjaan yang dianggap merugikan kesehatan dan perkembangan mereka.
Baca juga: Timbul Benjolan pada Tubuh Anak, Apakah Berbahaya?
Afrika menempati peringkat tertinggi di antara kawasan baik dalam persentase anak dalam pekerja anak, yaitu mencapai 72 juta.
Asia dan Pasifik menempati urutan kedua tertinggi dalam kedua ukuran ini, yaitu 62 juta.
Tingkat ekonomi yang rendah dapat menjadikan anak sebagai korban dari kegiatan mempekerjakan anak-anak.
Terlepas dari angka pekerja anak-anak di negara berkembang yang sangat tinggi, kasus ini juga menimpa banyak anak di negara maju.
Berikut ini pentingnya kesadaran akan maraknya pekerja anak-anak.
(Tribunnews.com)