News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Terungkap Jurnalis Inggris dan Ahli Adat Ditembak Mati di Amazon, Pelaku Ketiga Menyerahkan Diri

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Karyawan National Indigenous Foundation melakukan aksi solidaritas atas hilangnya jurnalis Inggris Dom Phillips dan spesialis urusan Pribumi Brasil Bruno Pereira, di Brasilia, pada 9 Juni 2022.

TRIBUNNEWS.COM - Penyebab kematian jurnalis Inggris Dom Phillips dan ahli adat Amazon Bruno Pereira ternyata karena ditembak.

Sebelumnya, polisi telah mengidentifikasi barang-barang yang ditemukan di wilayah terpencil di Amazon, dan menyatakan bahwa benda itu milik Phillips dan Pereira.

Dilansir CNA, kepolisian menyatakan bahwa kedua pria ini adalah korban penembakan. 

Dom Phillips (57) terkena tembakan pada dada, sementara Pereira (41), dihabisi dengan tiga tembakan salah satunya mengarah ke kepala.

Amunisi yang digunakan para pelaku adalah yang biasanya dipakai untuk berburu.

Baca juga: Jurnalis Inggris dan Pemandunya Hilang di Amazon, Tim Pencari Temukan Barang-barang Milik Keduanya

Baca juga: Jurnalis Inggris dan Ahli Adat Amazon Ternyata Dibunuh, Pelaku Tunjukkan Lokasi Jasad

Koresponden asing veteran Dom Phillips mengunjungi sebuah tambang di Negara Bagian Roraima, Brasil, pada 14 November 2019. Phillips hilang saat meneliti sebuah buku di Lembah Javari Amazon Brasil bersama pakar pribumi yang disegani Bruno Pereira. Pereira, seorang ahli di badan urusan adat Brasil, FUNAI, dengan pengetahuan mendalam tentang wilayah tersebut, secara teratur menerima ancaman dari para penebang dan penambang yang mencoba menyerang tanah kelompok adat yang terisolasi. (Joao LAET / AFP)

Pereira yang merupakan ahli adat sekaligus pemandu Phillips, dikenal vokal terhadap hak-hak pribumi.

Selama menjadi aktivis, Pereira sudah berkali-kali mendapatkan ancaman pembunuhan.

Ia dan Phillips dilaporkan hilang pada 5 Juni di wilayah terpencil di hutan hujan Amazon, yang dipenuhi tambang ilegal, penangkapan ikan ilegal, penebangan, hingga perdagangan narkoba.

Sepuluh hari kemudian, seorang tersangka membawa polisi ke lokasi mayat keduanya dikubur, tepatnya di dekat Kota Atalaia do Norte di negara bagian Amazonas barat.

Segera setelah pengakuan itu, saudara tersangka pertama ditahan.

Polisi pada Sabtu (18/6/2022), mengumumkan tersangka ketiga dari kasus ini yang bernama Jefferson da Silva Lima atau dikenal sebagai Pelado da Dinha.

Ia menyerahkan diri di kantor polisi di Atalaia do Norte.

Komisaris Alex Perez Timoteo, mengatakan kepada situs berita G1, bahwa bukti dan kesaksian yang dikumpulkan sejauh ini menunjukkan bahwa tersangka "berada di TKP dan secara aktif berpartisipasi dalam pembunuhan ganda yang terjadi".

Timoteo juga mengatakan kepada wartawan bahwa "sangat mungkin" akan ada penangkapan lebih lanjut dalam kasus ini dalam beberapa hari mendatang.

"Kami akan mencoba memahami apakah ada kesepakatan sebelumnya (di antara para tersangka), jika mereka telah merencanakan situasi ini," kata komisaris.

Dilansir The Guardian, tersangka akan dirujuk ke sidang penahanan. 

Dua pria lain yang sudah dipenjara karena diduga terlibat dalam pembunuhan yakni, Amarildo Oliveira, yang dikenal sebagai Pelado dan saudaranya, Oseney de Oliveira, yang dikenal sebagai Dos Santos.

Sebelumnya, polisi pada Jumat mengaku yakin para pelaku "bertindak sendiri, tanpa ada penulis intelektual atau organisasi kriminal di balik kejahatan itu."

Curiga Ada Dalang Besar

Di sisi lain, Asosiasi Masyarakat Adat Univaja yang juga ikut dalam pencarian korban, menolak kesimpulan polisi bahwa para pembunuh bertindak sendiri.

"Ini bukan hanya dua pembunuh, tetapi kelompok terorganisir yang merencanakan kejahatan secara rinci," kata Univaja dalam sebuah pernyataan.

Kelompok tersebut mengklaim, pihak berwenang telah mengabaikan banyak keluhan tentang kegiatan geng kriminal di daerah tersebut.

Perwakilan Brasil dari Komite untuk Melindungi Jurnalis (CPJ), Renata Neder, menilai pernyataan polisi yang begitu awal dalam penyelidikan itu gegabah dan mengkhawatirkan.

"Di Brasil ada pola sejarah bahwa dalam kasus pembunuhan jurnalis dan pembela hak asasi manusia, ketika ada penyelidikan, hanya eksekutor yang diadili, tetapi sangat jarang dalangnya," katanya kepada AFP.

Aktivis menyalahkan Presiden Brasil Jair Bolsonaro atas insiden pembunuhan ini.

Koresponden asing veteran Dom Phillips (tengah) berbicara dengan dua pria pribumi di Aldeia Maloca Papiú, Negara Bagian Roraima, Brasil, pada 16 November 2019. Phillips hilang saat meneliti sebuah buku di Lembah Javari Amazon Brasil dengan pakar adat Bruno Pereira. Pereira, seorang ahli di badan urusan adat Brasil, FUNAI, dengan pengetahuan mendalam tentang wilayah tersebut, secara teratur menerima ancaman dari para penebang dan penambang yang mencoba menyerang tanah kelompok adat yang terisolasi. (JOAO LAET / AFP)

Baca juga: Butuh Uang Bangun Rumah, Pria Asal NTB Bunuh Temannya Lalu Bawa Kabur Truk Berisi 21 Ton Jagung 

Baca juga: Kasus Hilangnya Jurnalis Inggris di Amazon: Keluarga Sebut Jasad Ditemukan, Polisi Brasil Membantah

Pasalnya, Bolsonaro dinilai membiarkan eksploitasi komersial Amazon dengan mengorbankan lingkungan dan hukum dan ketertiban.

Di sisi lain, presiden menilai kedua korban melakukan perjalanan yang sembrono di wilayah di mana Phillips "tidak disukai".

Phillips, koresponden asing veteran untuk beberapa surat kabar internasional terkemuka, sedang mengerjakan sebuah buku tentang pembangunan berkelanjutan di Amazon dengan Pereira sebagai panduannya.

Pereira, seorang ahli di badan urusan adat Brasil FUNAI, telah menerima beberapa ancaman dari penebang dan penambang ilegal di Amazon.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini