Kremlin meraup sekitar $20 miliar dari ekspor minyak pada bulan Mei.
Melonjaknya harga minyak juga memainkan peran besar dalam ekonomi Rusia.
Harga minyak naik lebih dari 60 persen dalam 12 bulan terakhir menjadi sekitar $ 112 per barel untuk minyak mentah patokan internasional pada hari Senin.
Pembelian oleh China dinilai merupakan bagian dari sikap hati-hati Beijing atas konflik Ukraina.
Presiden Xi Jinping sebelumnya telah menawarkan dukungan tersirat yang kuat kepada sekutu otoriternya di Kremlin, Vladimir Putin.
Meski pada awalnya menghindari komentar apa pun tentang perang, Beijing telah mengkritik sanksi barat terhadap Rusia.
China menyebut sanksi itu sebagai "terorisme keuangan" dan "persenjataan ekonomi", dan juga menyerang penjualan senjata ke Kyiv oleh negara-negara luar seperti AS dan Inggris.
Saat ini, Arab Saudi menjadi pemasok terbesar kedua untuk China, dengan volume Mei naik 9 persen pada tahun ini menjadi 7,82 juta ton, atau 1,84 juta barel per hari.
Angka ini turun dari 2,17 juta barel per hari pada April.
Rusia mengambil kembali peringkat teratas setelah jeda 19 bulan.
Data bea cukai yang dirilis pada hari Senin juga menunjukkan China mengimpor 260.000 ton minyak mentah Iran bulan lalu, pengiriman ketiga minyak Iran sejak Desember lalu.
Terlepas dari sanksi AS terhadap Iran, China terus mengambil minyak dari Iran, yang biasanya diberikan sebagai pasokan dari negara lain.
Tingkat impor dari Iran kira-kira setara dengan 7 % dari total impor minyak mentah China.
Impor minyak mentah China secara keseluruhan naik hampir 12 % pada Mei dari basis rendah tahun sebelumnya menjadi 10,8 juta barel per hari, dibandingkan rata-rata tahun 2021 sebesar 10,3 juta barel per hari.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)