Sementara, Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Nasdem M. Farhan, menilai langkah Presiden Jokowi berkunjung ke Rusia dan Ukraina sebagai bentuk diplomasi wong ndeso.
Terlebih, sebelumnya Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memojokkan Jokowi sebagai Presiden G20 untuk mendatangkan Putin dan Zelensky.
Kemudian, melalui duta besar masing-masing, kedua pemimpin negara yang tengah berperang itu menyampaikan tidak berani datang ke Indonesia karena alasan keamanan.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi melakukan manuver dengan datang ke Rusia dan Ukraina.
Farhan meyakini langkah berani yang diambil Presiden Jokowi sangat tepat.
Ia juga meyakini kemampuan Jokowi sebagai seorang politisi yang bisa berdiplomasi saat dihadapkan pada beberapa peristiwa.
“Pada unjuk rasa 212, Jokowi datang untuk salat Jumat bersama Habib Rizieq. Ancamannya saat itu, Jokowi bisa dikudeta, tetapi dia bisa tenang dan datang. Demikian pula ketika Formula E yang disebut-sebut acaranya Anies Baswedan, tetapi Jokowi membuktikan diri dengan hadir,” tuturnya.
Pengamanan Jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan akan berkunjung ke dua negara yang tengah terlibat perang, yakni Ukraina dan Rusia pada akhir Juni 2022 ini.
Adapun agenda Presiden Jokowi menemui kedua pimpinan negara itu adalah mencoba berkontribusi untuk mendorong perdamaian dan sebagai wujud kepedulian terhadap isu kemanusiaan.
Pertemuan bilateral dengan Ukraina dan Rusia merupakan buntut dari undangan Ketua G7 (Jerman) untuk hadir dalam KTT G7 di Elmau pada tanggal 26-27 Juni 2022.
Beberapa negara non-G7 atau disebut G-7 Partner Countries yang mendapatkan undangan untuk hadir dalam KTT G7 adalah Indonesia, India, Senegal, Argentina dan Afrika Selatan.
Dalam rilis pers Kementrian Luar Negeri RI, Jokowi juga akan melakukan pertemuan bilateral dengan para Leaders G7 dan Leaders negara undangan.
"Permintaan pertemuan bilateral banyak sekali diterima presiden dan tentunya semaksimal mungkin akan diatur," ujar Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, dikutip dari Kompas.com.