Putin juga membahas soal terganggunya pasokan pangan dunia.
Baca juga: Putin Balas Pemimpin Barat yang Ejek Foto Telanjang Dadanya: Mereka Terlihat Menjijikkan Jika Meniru
Menurutnya, hal itu disebabkan karena sanksi pembatasan yang dijatuhkan negara-negara Barat pada Rusia.
Sanksi pembatasan itu, ujar Putin, menghambat ekspor biji-bijian Rusia ke pasar dunia.
"Namun, alih-alih mengakui bahwa kebijakan ekonomi mereka salah arah, negara-negara Barat semakin mengacaukan produksi pertanian global dengan memberlakukan pembatasan pada pasokan pupuk Rusia dan Belarusia, menghambat ekspor biji-bijian Rusia ke pasar dunia, dan memperumit asuransi kapal dengan biji-bijian dan bank. pembayaran berdasarkan kontrak perdagangan," tuturnya.
Kendati demikian, Putin menegaskan Rusia akan tetap menjadi satu diantara produsen dan eksportir makanan utama dunia.
"Saya akan tekankan sekali lagi – Rusia telah dan tetap menjadi salah satu produsen dan eksportir makanan utama dunia," tegasnya.
Kata Pengamat soal Kunjungan Jokowi ke Rusia dan Ukraina
Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE), Anton Aliabbas, memandang lawatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Ukraina dan Rusia dapat dimaknai sejumlah hal di antaranya terkait perhelatan G-20.
Sebagai pemegang Presidensi G-20, kata Anton Aliabbas, apa yang dilakukan Jokowi tentu harus banyak melakukan inisiatif dan pendekatan dengan banyak pihak agar acara tersebut bisa berjalan lancar.
Ancaman walkout atas penentangan terhadap Rusia ataupun ketidakhadiran (empty chair) Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan puncak G-20, kata dia, tentu sedikit banyak dapat berpengaruh terhadap kredibilitas Indonesia maupun juga keputusan yang akan dihasilkan.
"Karena itu, kunjungan ini juga tidak bisa dilepaskan dari upaya melancarkan perhelatan G-20," kata Anton pada Kamis (30/6/2022).
Baca juga: Pernyataan Lengkap Putin dalam Keterangan Pers Bersama Jokowi, Tak Singgung Soal Ukraina?
Selain itu, kata Anton, Jokowi juga ingin meninggalkan warisan yang baik dalam sejarah kepresidenan Indonesia.
Menurutnya, Jokowi ingin juga menorehkan sejarah sebagai pemimpin bangsa yang ikut andil dalam mendamaikan konflik antar negara.
Meski dalam 5 tahun periode awal pemerintahannya Jokowi lebih banyak menghabiskan kepemimpinannya dalam penguatan diplomasi bilateral, akan tetapi menurut Anton pola tersebut dikembangkan pada periode kedua dengan meningkatkan aktivitas pelaksanaan politik luar negeri dalam forum multilateral.