Ukraina adalah negara pengeskpor gandum utama dunia yang memproduksi cukup pasokan untuk memenuhi kebutuhan pangan 400 juta orang per tahun.
Tapi, selama berbulan-bulan, sekitar 20 juta ton gandumnya terjebak di dalam silo-silo dan kapal-kapal yang diblokir Rusia di Laut Hitam.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan Menteri Infrastruktur Ukraina Oleksandr Kubrakov secara bergiliran menandatangani kesepakatan bernama Inisiatif Laut Hitam itu.
Dokumen itu juga ditandatangani menteri pertahanan Turki dan sekretaris jenderal PBB, sambil disaksikan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
“Langkah bersama yang kita ambil hari ini di Istanbul, bersama dengan Rusia dan Ukraina, akan menjadi titik balik baru yang akan menghidupkan kembali harapan akan perdamaian, ini adalah harapan tulus saya,” kata Erdogan.
Ia berharap, suasana bersahabat dan damai yang dibangun di atas Inisiatif Laut Hitam pada akhirnya dapat mengarah pada langkah-langkah transformatif untuk mengakhiri perang.
Perjanjian awal akan berlaku selama 120 hari, namun seorang pejabat PBB mengatakan perjanjian itu harus dilanjutkan selama perang terus berlangsung.
PBB telah bekerja sama dengan pejabat Ukraina dan Rusia selama berbulan-bulan dalam dua jalur parallel: yang pertama untuk mengangkat blokade Rusia di pelabuhan Laut Hitam di selatan Ukraina, yang kedua untuk memfasilitasi akses pangan dan pupuk Rusia ke pasar global tanpa hambatan.
Rusia juga merupakan pengekspor gandum dan produsen pupuk utama dunia.
Semenjak perang terjadi, harga pupuk di pasar dunia telah naik dua kali lipat, yang kemudian ikut menaikkan ongkos panen.
Beberapa saat sebelum penandatanganan kesepakatan itu, kepala PBB dan menteri pertahanan Rusia secara tertutup menandatangani nota kesepahaman untuk mengatasi gangguan terhadap perdagangan pangan dan pupuk Rusia.
Kerangka kerja yang disepakati di Istanbul itu akan mengizinkan kapal-kapal Ukraina untuk kembali berlayar dalam beberapa pekan ke depan seiring dihidupkannya kembali pelabuhan Odesa, Chernomorsk dan Yuszhny.
Pusat koordinasi bersama pun dengan cepat didirikan di Istanbul untuk memantau operasi. PBB mengatakan, 276 juta orang sangat rawan pangan sebelum invasi Rusia ke Ukraina 24 Februari lalu.
Kini, para pejabat memperkirakan jumlahnya bertambah menjadi 345 juta orang.
Kesepakatan itu diharapkan akan meringankan beban jutaan orang yang kesulitan menghadapi lonjakan harga pangan akibat perang.