News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sri Lanka Bangkrut

Krisis Sri Lanka: RS Hampir Tak Bisa Beroperasi, Pasien Diabetes Dipulangkan hingga Harus Jalan Kaki

Penulis: Rica Agustina
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang demonstran berinteraksi dengan personel polisi pada 22 Juli - Rumah Sakit Nasional di Sri Lanka hampir kosong setelah terdampak krisis.

TRIBUNNEWS.COM - Rumah Sakit Nasional Sri Lanka hampir kosong setelah terdampak krisis ekonomi yang menyebabkan negara itu kekurangan bahan bakar, makanan hingga obat-obatan.

Dilaporkan Channel News Asia, seluruh bangsal rumah sakit terbesar di Sri Lanka itu terlihat gelap dan para dokter tidak datang untuk shift mereka.

Theresa Mary, seorang warga penderita diabetes dan tekanan darah tinggi yang datang ke ibu kota Kolombo untuk berobat, terpaksa harus pulang.

Mary dipulangkan empat hari setelah mendapatkan perawatan karena apotek telah kehabisan obat penghilang rasa sakit bersubsidi.

Mary masih merasa sulit untuk berdiri tetapi dia telah berjalan pincang sejauh 5 kilometer tetapi tidak juga menemukan tumpangan untuk perjalanan terakhirnya.

"Dokter meminta saya untuk membeli obat-obatan dari apotek swasta, tetapi saya tidak punya uang," kata Mary, 70.

Baca juga: Sri Lanka Minta Bantuan China untuk Perdagangan, Investasi, dan Pariwisata

"Lutut saya masih bengkak. Saya tidak punya rumah di Kolombo. Saya tidak tahu berapa lama saya harus berjalan."

Rumah Sakit Nasional biasanya melayani orang-orang di seluruh negara yang membutuhkan perawatan spesialis.

Tetapi sekarang berjalan dengan staf yang berkurang dan banyak dari 3.400 tempat tidurnya kosong tidak terpakai.

Persediaan peralatan operasi dan obat-obatan yang menyelamatkan jiwa hampir habis.

Kekurangan bahan bakar kronis membuat pasien dan dokter tidak dapat melakukan perjalanan untuk perawatan.

"Pasien yang dijadwalkan untuk operasi tidak melapor," kata dokter Vasan Ratnasingham, anggota asosiasi petugas medis pemerintah.

"Beberapa staf medis bekerja dua shift karena yang lain tidak bisa melapor untuk bertugas. Mereka punya mobil tapi tidak punya bahan bakar."

Sri Lanka mengimpor 85 persen obat-obatan dan peralatan medisnya, bersama dengan bahan mentah untuk memproduksi sisa kebutuhannya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini