TRIBUNNEWS.COM - Invasi Rusia ke Ukraina masih berjalan dan memasuki hari ke-160 pada Selasa (2/8/2022).
Pada hari ke-160, Amerika Serikat (AS) akan mengirimkan $550 juta dalam bentuk senjata baru ke Ukraina, termasuk amunisi untuk peluncur roket dan senjata artileri.
Ukraina menerima empat lagi sistem roket artileri mobilitas tinggi (Himars) buatan AS, kata Menteri Pertahanan Ukraina, Senin (1/8/2022).
Sementara itu, Sekretariat Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) memperingatkan bahwa pemusnahan nuklir hanya salah perhitungan.
Pada pembukaan konferensi utama Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) di New York, António Guterres memperingatkan bahwa dunia menghadapi “bahaya nuklir yang tidak terlihat sejak puncak perang dingin.”
“Kemanusiaan hanyalah salah satu kesalahpahaman, satu kesalahan perhitungan dari pemusnahan nuklir,” katanya mengutip perang di Ukraina sebagai faktor penting.
Baca juga: Ukraina Kembali Ekspor Gandum dan Biji-bijian, Total 25 Juta Ton Diangkut 16 Kapal
Berikut Tribunnews.com rangkum serangkaian peristiwa yang terjadi selama perang Rusia di Ukraina, seperti dikutip The Guardian.
AS tuduh gunakan PLTN Ukraina sebagai perisai nuklir
AS menuduh Rusia menggunakan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) terbesar Ukraina sebagai "perisai nuklir".
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Washington "sangat prihatin" bahwa Moskow sekarang menggunakan pabrik itu sebagai pangkalan militer dan menembaki pasukan Ukraina dari sekitarnya.
Washington menyebut tindakan Rusia di sekitar pabrik itu "puncak tidak bertanggung jawab".
Kapal angkut gandum tinggalkan Odesa
Sebuah kapal yang membawa gandum Ukraina meninggalkan pelabuhan Odesa untuk pertama kalinya sejak dimulainya invasi Rusia pada Senin di bawah kesepakatan yang ditengahi internasional untuk membuka blokir ekspor pertanian Ukraina dan meredakan krisis pangan global yang berkembang.
Kapal Razoni berbendera Sierra Leone membawa 26.000 ton jagung dan menuju Libanon.
Baca juga: UPDATE Perang Rusia Vs Ukraina Hari ke-159: Ratusan Ribu Warga Sipil Donetsk Didesak Mengungsi