Kehidupan di wilayah Palestina telah menjadi jauh lebih sulit dalam seminggu terakhir, setelah Israel menutup penyeberangannya dengan Gaza di tengah kekhawatiran bahwa Jihad Islam akan membalas penangkapan salah satu pemimpinnya di Tepi Barat utara.
Perhitungan Hamas bisa berubah, jika misalnya korban tewas warga sipil di Gaza meningkat pesat.
Jika memutuskan untuk bergabung dalam pertempuran maka itu akan menjadi jauh lebih intens dengan cepat.
Jika keadaan tetap seperti ini, Mesir - yang sering bertindak sebagai perantara bagi Israel dan Gaza - dapat memiliki peluang yang lebih baik untuk menengahi semacam gencatan senjata.
Baca juga: Israel Serang Markas Hamas di Jalur Gaza setelah Kunjungan Biden
Hampir 200 roket ditembakkan dari Gaza ke Israel pada Jumat malam, kata militer Israel.
Sebagian besar dicegat oleh pertahanan Iron Dome, tanpa korban Israel.
Sekitar 30 target Jihad Islam telah diserang, di antaranya dua fasilitas penyimpanan senjata dan 6 lokasi pembuatan roket, kata IDF.
Sedikitnya 78 orang terluka.
Mengacu pada serangan awal pada hari Jumat, Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengatakan Israel melakukan "operasi kontra-teror yang tepat terhadap ancaman langsung".
"Kami tidak tahu bagaimana ini akan terjadi... tapi ini bisa memakan waktu... ini bisa menjadi putaran (konflik) yang panjang dan sulit," kata Menteri Dalam Negeri Ayelet Shaked.
IDF mengatakan serangannya menargetkan situs-situs yang terkait dengan PIJ, termasuk Menara Palestina yang menjulang tinggi di Kota Gaza yang dilanda ledakan keras pada hari Jumat yang menyebabkan asap mengepul dari gedung.
IDF mengatakan Tayseer Jabari adalah "komandan senior" di PIJ, dan menuduhnya melakukan "beberapa serangan teroris" terhadap warga sipil Israel.
Alaa Kaddum yang berusia lima tahun termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan itu, kata pejabat setempat juga.
(Tribunnews.com/Yurika)