Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI - Saat banyak negara di dunia menunggu berakhirnya lonjakan kasus baru Covid-19 yang disebabkan oleh varian Omicron BA.5, para peneliti justru sedang mencari 'apa yang akan terjadi selanjutnya'.
Kasus yang disebabkan subvarian Omicron yang disebut BA.2.75 dan dijuluki 'Centaurus' oleh beberapa orang di media sosial, telah meningkat pesat di India.
Baca juga: Hari Ini Warga Rusia Terkonfirmasi COVID-19 Bertambah 33.106 Orang
Beberapa ilmuwan negara itu pun membunyikan alarm, sementara yang lainnya mengatakan bahwa terlalu dini mengatakan 'apakah varian itu akan menyebar luas atau tidak'.
Di India, subvarian ini tampaknya belum menambah tingkat rawat inap atau kasus kematian.
Dikutip dari laman www.nature.com, Rabu (17/8/2022), BA.2.75 telah terdeteksi pada lebih dari 20 negara di seluruh dunia.
Baca juga: Sebaran Kasus Covid-19 per 17 Agustus 2022: DKI Jakarta Tembus 2.404 Kasus, Disusul Jabar dan Banten
Para peneliti pun kini sedang menunggu mengetahui apakah subvarian itu akan secara substansial meningkatkan jumlah kasus setelah gelombang infeksi yang disebabkan BA.5.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kedua subvarian tersebut memiliki kapasitas yang hampir sama menghindari kekebalan yang diberikan oleh infeksi dan vaksinasi.
Pengawasan terhadap Covid-19 memang telah menurun di banyak negara, namun India tampaknya menjadi pusat penyebaran BA.2.75.
Garis keturunan yang sarat mutasi ini berevolusi dari subvarian BA.2 dari Omicron, yang menyebar luas pada awal 2022.
Para peneliti di India telah mengurutkan lebih dari 1.000 sampel varian sejak Mei lalu.
Ahli Virus di Universitas Oxford, Inggris, yang sebelumnya memimpin konsorsium pengurutan SARS-CoV-2 India, Shahid Jameel mengatakan bahwa data menunjukkan sekitar dua pertiga dari kasus baru saat ini disebabkan oleh BA.2.75.
Sementara itu, Ahli Biologi Evolusi di Catholic University of Leuven di Belgia, Tom Weseleers mengatakan varian ini tampaknya memiliki keunggulan transmisi yang 'cukup besar' jika dibandingkan BA.5 di India.
"Ini pasti akan menyebabkan gelombang infeksi. Jumlah kasus infeksi yang dikonfirmasi di India dianggap tidak sesuai dengan fakta, karena angka yang mungkin saja kurang dari jumlah sebenarnya yang mengalami peningkatan di seluruh India," kata Weseleers.
Sejauh ini, BA.2.75 telah terdeteksi pada tingkat yang relatif rendah di luar India, di negara-negara termasuk Jepang, Amerika Serikat (AS) dan Inggris, yang berada di tengah atau hanya melewati puncak lonjakan, terutama yang disebabkan oleh BA.5.
"Kami sampai pada titik di mana varian ini semacam bersaing satu sama lain dan mereka hampir setara. Saya pikir orang yang terinfeksi BA.5 tidak akan mengalami infeksi baru dengan BA.2.75, begitu pula sebaliknya," tegas Jameel.