TRIBUNNEWS.COM - Invasi Rusia telah menewaskan sekitar 9.000 tentara Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu, ungkap seorang jenderal seperti dilansir Aljazeera.
Pada Senin (22/8/2022), Jenderal Valeriy Zaluzhny, Panglima Tertinggi Ukraina mengatakan, anak-anak Ukraina harus dirawat karena orang tua mereka maju ke medan perang dan mungkin termasuk di antara 9000 tentara yang terbunuh.
Di sisi lain, Rusia mengumumkan pembaruan jumlah tentaranya yang tewas pada 25 Maret lalu.
Rusia mengklaim 1.351 tentaranya telah tewas padabulan pertama invasi.
Sementara itu, para pejabat militer AS memperkirakan awal Agustus lalu 70.000 hingga 80.000 tentara Rusia tewas atau terluka selama perang.
Angka-angka tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia Hari ke-181: Pembunuhan Putri Sekutu Putin hingga Bantahan Keterlibatan Ukraina
PBB mengatakan 5.587 warga sipil telah tewas dan 7.890 terluka selama invasi Rusia ke Ukraina.
Badan anak-anak PBB mengatakan pada Senin (22/8/2022), setidaknya 972 anak-anak Ukraina telah tewas atau terluka sejak Rusia menginvasi.
Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell mengatakan angka itu adalah angka yang diverifikasi PBB, tetapi pihaknya yakin jumlahnya jauh lebih tinggi.
Seorang warga Nikopol, Ukraina, mengungkapkan kemarahannya terhadap serangan Rusia yang menghancurkan rumah serta keluarganya.
"Saya merasa benci terhadap orang Rusia," kata Liudmyla Shyshkina (74), seorang warga yang apartemennya hancur di kota Nikopol.
Shyshkina masih terluka akibat ledakan 10 Agustus yang menewaskan suaminya yang berusia 81 tahun, Anatoliy.
"Perang Dunia Kedua tidak mengambil nyawa ayah saya, tetapi perang Rusia yang melakukannya," kata Pavlo Shyshkin, putra Anatoliy.
Jelang Hari Kemerdekaan Ukraina
Sementara itu, Ukraina akan merayakan hari kemerdekaannya pada hari Rabu (24/8/2022), bertepatan dengan enam bulan sejak pasukan Rusia menyerbu.
Dilansir Independent, Presiden Volodymyr Zelensky memperingatkan warga Ukraina untuk mewaspadai potensi serangan "jahat" dan "kejam" oleh pasukan Rusia, menjelang hari kemerdekaan.
Zelensky mendesak warga untuk waspada menjelang perayaan pada Rabu 24 Agustus yang akan menandai 31 tahun kemerdekaan dari pemerintahan Soviet.
Zelensky mengatakan Ukraina tidak boleh membiarkan Moskow "menyebarkan kesedihan dan ketakutan" menjelang hari libur nasional yang akan berlangsung tepat enam bulan setelah Vladimir Putin melancarkan invasi ke Ukraina.
Namun, dia memperingatkan warga Ukraina dalam pidato malamnya, Sabtu (20/8/2022):
"Kita harus menyadari bahwa minggu ini Rusia mungkin mencoba melakukan sesuatu yang sangat jahat, sesuatu yang sangat kejam. Begitulah musuh kita."
"Tetapi di minggu lain selama enam bulan ini, Rusia melakukan hal yang sama sepanjang waktu – menjijikkan dan kejam."
"Salah satu tugas utama musuh adalah mempermalukan kita, orang Ukraina, merendahkan kemampuan kita, pahlawan kita, menyebarkan keputusasaan, ketakutan, menyebarkan konflik."
"Maka, penting untuk tidak pernah, sesaat pun, menyerah pada tekanan musuh ini, untuk tidak memaksakan diri, untuk tidak menunjukkan kelemahan."
Dalam pidatonya, Zelensky juga secara tidak langsung merujuk pada serangkaian ledakan yang terjadi di Krimea, wilayah Ukraina yang dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014.
Dia berkata: "Anda benar-benar dapat merasakan Krimea di udara tahun ini, bahwa pendudukan di sana hanya sementara dan bahwa Ukraina akan kembali."
Mikhail Razvozhayev, gubernur Sevastopol yang ditunjuk Moskow, kota terbesar di Krimea, mengatakan sebuah pesawat tak berawak Ukraina menyerang sebuah bangunan di dekat markas besar armada Laut Hitam Rusia pada Sabtu pagi.
"Sebuah drone terbang ke atap. Drone itu terbang rendah," katanya di Telegram.
"Drone itu jatuh tepat di atas markas armada, di atap dan terbakar. Serangan itu gagal."
Itu adalah insiden drone kedua di markas tersebut dalam tiga minggu.
Bulan ini juga terdapat sejumlah ledakan di lapangan terbang Rusia dan depot amunisi di semenanjung.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)