Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ISLAMABAD - Jutaan warga Pakistan yang terkena dampak banjir terburuk dalam satu dekade ini sangat membutuhkan bantuan, karena pihak berwenang negara itu mengaku telah 'kewalahan' menghadapi skala bencana.
Menteri Iklim negara itu pun menyebutnya sebagai 'bencana iklim serius'.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Senin (29/8/2022), musim hujan yang belum pernah terjadi sebelumnya telah mempengaruhi 4 provinsi di Pakistan.
Hampir satu juta rumah telah hancur atau rusak parah, banyak jalan tidak dapat dilalui dan pemadaman listrik pun telah meluas, mempengaruhi sedikitnya 33 juta orang.
Seorang pria bernama Rasheedan Sodhar pun bahkan harus berjalan lebih dari 20 km atau sekitar 12 mil ke tempat yang aman setelah desanya di provinsi Sindh selatan terendam air.
"Kami adalah keluarga yang terdiri dari 20 orang, dan kami diberitahu pada hari Minggu kemarin untuk segera meninggalkan desa, kami tidak punya apa-apa lagi. Kami tidak dapat menjalani hidup ini sebagaimanaa mestinya," kata Sodhar.
Ia juga tidak bisa menyelamatkan 30 ternaknya, saat rumahnya dihancurkan banjir.
Pria berusia 25 tahun yang berprofesi sebagai guru itu mengatakan seluruh keluarganya tidak memiliki tempat berlindung dan tinggal di tempat terbuka dalam cuaca terik di kota terdekat Mehar.
Bahkan diantara anggota keluarganya ada yang sedang hamil dan anak yang masih bayi.
Baca juga: Banjir di Pakistan Telah Merenggut Ribuan Nyawa dan Merusak Ratusan Ribu Rumah
"Kami hampir tidak mendapatkan satu kali makan sehari, anak-anak kami menangis sepanjang hari. Apa yang bisa anda katakan kepada mereka untuk berhenti menangis saat tidak ada rumah bagi mereka untuk berteduh?," jelas Sodhar.