TRIBUNNEWS.COM - Korban tewas akibat banjir bandang yang melanda Pakistan naik menjadi 1.282 pada Sabtu (3/9/2022).
Dikutip dari CNN, dalam sehari ada 57 kematian, di mana 25 di antaranya anak-anak.
Otoritas Manajemen Bencana Nasional Pakistan melaporkan sepertiga dari jumlah keseluruhan korban adalah anak-anak.
Badan-badan kemanusiaan telah memperingatkan Pakistan membutuhkan bantuan jangka panjang karena korban bencana alam itu terus meningkat.
Kesengsaraan negara itu masih jauh dari selesai dan ketika bencana terus berlanjut, anak-anak akan menjadi salah satu yang paling rentan, kata badan-badan kemanusian.
Banjir akibat kombinasi rekor hujan monsun dan mencairnya gletser di pegunungan utara Pakistan digambarkan sebagai yang terburuk yang pernah dialami negara itu.
Baca juga: PBB: Banjir yang Hancurkan Pakistan Bisa Perburuk Ketahanan Pangan di Afghanistan
Pada satu titik lebih dari sepertiga negara itu tergenang air, menurut gambar satelit dari Badan Antariksa Eropa, dan pemerintah dan organisasi bantuan mengatakan 33 juta orang telah terdampak.
Di antara mereka, lebih dari tiga juta anak membutuhkan bantuan kemanusiaan yang mendesak karena risiko penyakit yang ditularkan melalui air, tenggelam dan kekurangan gizi, menurut UNICEF.
Banjir juga telah merusak atau menghancurkan 17.566 sekolah di seluruh negeri, kata UNICEF, yang semakin membahayakan pendidikan anak-anak setelah dua tahun penutupan terkait Covid-19.
Badan-badan kemanusian mengatakan bahkan jika banjir surut, negara itu menghadapi jalan panjang menuju pemulihan.
"Yang selamat harus mulai dari awal," kata Aurelie Godet, juru bicara Medecins du Monde, sebuah organisasi bantuan kemanusiaan yang telah bekerja di Pakistan sejak 1966.
"Ini tidak akan berakhir dalam dua bulan, mereka membutuhkan bantuan jangka panjang."
Dua provinsi yang terkena dampak paling parah adalah Balochistan dan Sindh, di Pakistan selatan, di mana infrastruktur dan sistem air telah rusak.
Menyerukan bantuan dari masyarakat internasional, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif memperkirakan pekan lalu bencana itu telah menyebabkan lebih dari $10 miliar (sekitar Rp 149,9 triliun) kerusakan infrastruktur, rumah dan pertanian.
Pusat Koordinasi dan Tanggap Banjir Nasional telah dibentuk dan Organisasi Kesehatan Dunia telah mengeluarkan $10 juta (sekitar 148,9 miliar) untuk merawat yang terluka, mengirimkan pasokan ke fasilitas kesehatan, dan mencegah penyebaran penyakit menular.
Baca juga: 100 Kilometer Wilayah Pakistan Jadi Danau setelah Diterjang Banjir Bandang Sungai Indus
China dan Inggris juga telah menjanjikan jutaan bantuan ke negara itu.
Lebih dari 1 juta rumah telah rusak atau hancur, sementara setidaknya 5.000 kilometer jalan rusak, menurut otoritas penanggulangan bencana.
Pada hari Sabtu, sebuah badan tingkat tinggi yang dibentuk untuk mengoordinasikan upaya bantuan bertemu di Islamabad untuk pertama kalinya.
Sehari sebelumnya badan amal terbesar di negara itu, Yayasan Edhi, mendesak pemerintah untuk mencabut larangan yang telah berlaku selama bertahun-tahun terhadap sejumlah organisasi non-pemerintah internasional sehingga mereka dapat membantu upaya bantuan.
Baca juga artikel lain terkait Banjir Pakistan
(Tribunnews.com/Rica Agustina)