TRIBUNNEWS.COM – Resesi ekonomi yang melanda daratan Eropa semakin menghimpit negara Eropa yang masih miskin.
Salah satunya adalah Moldova, negara kecil bekas bagian Uni Soviet ini semakin terjepit dengan dibatasinya pasokan migas dari Rusia.
Harga energi di negeri tersebut melonjak tinggi hingga menyebabkan inflasi mencapai 30 persen lebih. Padahal negeri itu sedang bersiap menghadapi musim dingin.
Perdana menteri Moldova, Natalia Gavrilita mengatakan, Ia sedang mempersiapkan semua skenario, dengan inflasi tahunan melebihi 30 persen dan tenggat waktu 1 Oktober mendekati untuk menegosiasikan pembayaran utang dengan Gazprom Rusia.
Baca juga: Putin Sebut Sanksi Barat Sebabkan Masalah Pasokan Gas Melalui Pipa Nord Stream 1 ke Eropa
Dengan tidak adanya kemajuan dalam pembicaraan, pemutusan penuh pasokan gas mungkin akan terjadi, katanya.
Moldova, bekas republik Soviet berpenduduk 2,6 juta orang yang terjepit di antara Ukraina dan Rumania, sangat bergantung pada gas Rusia.
Oktober lalu, perusahaan energi utama Gazprom dan Moldovagaz, Moldovagaz, memperpanjang perjanjian pasokan gas jangka panjang mereka selama lima tahun hingga September 2026.
Namun, Moldovagaz telah berjuang untuk memenuhi komitmen pembayarannya kepada raksasa gas Rusia setelah harga di bawah kontrak naik tajam tahun ini.
“Bahkan jika Gazprom melanjutkan pengiriman, kami masih harus mengurangi konsumsi karena harganya sangat, sangat tinggi,” kata Gavrilita dikutip dari Bloomberg.
Ia mencatat bahwa kenaikan harga adalah “anomali” untuk musim panas, “dan kami tidak tahu berapa harganya. akan terus tumbuh selama musim dingin.”
Sebagai bagian dari langkah-langkah untuk meringankan beban, pemerintah Moldova telah mengalihkan sistem pemanas di ibukota Chisinau dari gas ke minyak pemanas dan berencana untuk mengurangi konsumsi sebesar 15 persen.
Pejabat juga telah membuka pembicaraan dengan Rumania untuk pasokan gas potensial dengan harga yang lebih terjangkau.