Raisi mengatakan pada konferensi pers di sela-sela Sidang Umum PBB bahwa kematian Amini yang berada dalam tahanan polisi moral pasti harus diselidiki.
“Saya menghubungi keluarganya dalam kesempatan pertama, dan saya memastikan kepada mereka bahwa kami akan melanjutkan penyelidikan atas insiden itu,” kata Raisi.
“Perhatian utama kami adalah perlindungan hak-hak setiap warga negara,” ujarnya.
Tentang kematian Amini, ia mengatakan pihak berwenang akan melakukan yang perlu dilakukan, dan tanggung jawab itu sekarang berada di tangan pengadilan.
Baca juga: Profil Mahsa Amini, Wanita yang Tewas di Tangan Polisi hingga Memicu Protes Massal di Iran
Mahsa Amini Tewas Dianiaya Polisi Karena Tak Berjilbab
Ayah dari Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun yang kematiannya telah menyebabkan gelombang protes besar di seluruh Iran, menuduh pihak berwenang berbohong.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC Persia, Amjad Amini mengatakan bahwa dia tidak diizinkan untuk melihat laporan otopsi putrinya.
Amjad juga menyangkal tudingan yang menyebut anaknya memiliki masalah kesehatan yang buruk.
Dia mengatakan beberapa saksi telah memberi tahu keluarga bahwa anaknya dipukuli dalam tahanan polisi.
Pihak berwenang Iran telah membantah tudingan itu.
Mahsa Amini ditahan karena diduga melanggar aturan berhijab.
Perempuan Kurdi dari kota barat laut Saqez itu meninggal di Rumah Sakit Teheran pada hari Jumat, setelah berada selama tiga hari dalam keadaan koma.
Penangkapan Mahsa
Pihak berwenang Iran mengatakan Amini tidak dianiaya, tetapi menderita "gagal jantung mendadak" setelah dia ditahan di Teheran oleh polisi moral negara itu.