Sejak kematiannya pada November 2017, ayahnya, Ian Russel berkampanye untuk perlindungan yang lebih baik terhadap algoritme media sosial yang berpotensi berbahaya.
Tanggapan Pihak Media Sosial
Kesimpulan mengenai kasus Molly, muncul setelah seorang eksekutif senior di Meta meminta maaf sebelum diperiksa terkait konten-konten 'depresif' yang ditonton gadis remaja itu.
Kendati demikian, bos Meta itu juga mengatakan dia menganggap beberapa konten yang dilihat Molly aman.
Elizabeth Lagone, kepala kebijakan kesehatan dan kesejahteraan Meta, mengatakan pada pemeriksaan pada hari Senin bahwa Molly telah "melihat beberapa konten yang melanggar kebijakan kami dan kami menyesalinya."
Ketika ditanya apakah dia menyesal, Lagone berkata:
"Kami menyesal Molly melihat konten yang melanggar kebijakan kami dan kami tidak menginginkannya di platform."
Judson Hoffman, eksekutif senior di Pinterest, meminta maaf atas beberapa konten yang dilihat Molly.
Ia pun mengakui bahwa ketika gadis itu menggunakan Pinterest pada tahun 2017 itu "tidak aman".
Baca juga: Jangan Takut Konsultasi Jika Alami Depresi dan Suka Melukai Diri
Baca juga: Curhat Putri Mona Ratuliu Depresi Sejak Usia 13 Tahun, Jika Kambuh Sesak Nafas
Dia menambahkan, kini Pinterest menggunakan kecerdasan buatan untuk menghapus konten semacam itu.
Sebelumnya, koroner Walter menyatakan bahwa beberapa situs yang dilihat Molly tidak aman karena mengizinkan konten dewasa untuk dinikmati anak berusia 14 tahun.
Dia menggambarkan algoritme yang menghasilkan "periode pesta gambar, klip video, dan teks, beberapa di antaranya dipilih dan disediakan tanpa Molly memintanya".
Walker juga mendengar kesaksian dari keluarga Molly, guru, dan seorang psikiater anak terkait kasus ini.
Bahkan psikiater itu mengaku kesulitan tidur selama beberapa minggu setelah memeriksa konten yang dilihat Molly.