Para pengunjuk rasa kemudian berkumpul di depan rumah sakit dan meneriakkan slogan-slogan ketika puluhan Taliban bersenjata berat, beberapa membawa peluncur granat berpeluncur roket, berjaga-jaga.
Baca juga: Taliban Bunuh 40 Anggota Pasukan Pemberontak Termasuk Empat Komandan di Afghanistan Utara
Namun Al Jazeera, tidak dapat secara independen memverifikasi laporan tersebut.
Aksi protes oleh perempuan menjadi semakin berisiko sejak Taliban berkuasa, dengan banyak demonstran ditahan dalam demonstrasi sebelumnya atau dibubarkan oleh pasukan Taliban dengan melepaskan tembakan ke udara.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah meminta Taliban untuk melindungi penduduk negara itu dengan lebih baik.
Amnesty International menggambarkan serangan hari Jumat sebagai "pengingat akan ketidakmampuan dan kegagalan Taliban, sebagai otoritas de-facto, untuk melindungi rakyat Afghanistan".
Sementara itu, juru kampanye organisasi Asia Selatan, Samira Hamidi, mengatakan bahwa Taliban tidak berbuat banyak untuk melindungi etnis minoritas sejak mengambil alih kekuasaan.
"Tindakan kelalaian dan tindakan mereka hanya semakin memperburuk risiko bagi kehidupan rakyat Afghanistan terutama mereka yang termasuk dalam komunitas etnis dan minoritas," katanya dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.
Dewan Pengungsi Norwegia juga mengutuk serangan itu, meminta pihak berwenang untuk mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa fasilitas pendidikan dilindungi.
"Pusat pendidikan yang diisi dengan pemuda yang mempersiapkan ujian harus menjadi tempat untuk kegembiraan, fokus dan kegembiraan, tidak pernah dibanjiri dengan darah dan kengerian," kata Neil Turner, direktur negara Dewan Pengungsi Norwegia di Afghanistan.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)