Dilansir dari Aljazeera, Kamis (6/10/2022) paket militer tersebut merupakan yang pertama sejak Rusia mengumumkan secara resmi pencaplokan empat wilayah pendudukan Ukraina menyusul serangkaian referendum yang ditentang dan dikecam sebagai tindakan pemaksaan dan melanggar hukum internasional.
Sementara itu, Gedung Putih mengatakan bahwa paket bantuan terbaru akan mencakup empat peluncur roket presisi HIMARS, 32 Howitzer dengan 75.000 butir amunisi, 200 kendaraan yang Dilindungi Ambush Tahan Ranjau (MRAP) dan ranjau anti-personil Claymore.
“Perkembangan terbaru dari referendum palsu Rusia dan upaya pengungkapan kebrutalan terhadap warga sipil di wilayah Ukraina yang sebelumnya dikendalikan oleh Rusia hanya memperkuat tekad kami,” ujar Antony Blinken, Menteri Luar Negeri AS.
Persenjataan canggih telah membantu Ukraina dalam upayanya untuk mendorong kembali pasukan Rusia dan dengan cepat mengamankan kendali atas wilayah Kharkiv dari Rusia.
“Paket ini akan memberi angkatan bersenjata Ukraina kemampuan dan amunisi tambahan yang dibutuhkan untuk mempertahankan momentum di timur dan selatan,” kata Laura Cooper, pejabat tinggi Pentagon.
Baca juga: SPESIFIKASI Drone Iran yang Ikut Bombardir Ibu Kota Ukraina: Dulu Diremehkan Kini bak Malaikat Maut
Keputusan AS untuk mengirim lebih banyak bantuan militer memicu kritik dari Anatoly Antonov, duta besar Rusia untuk Amerika Serikat, yang memperingatkan konsekuensi potensial.
“Kami menganggap ini sebagai ancaman langsung terhadap kepentingan strategis negara kami,” kata Antonov.
“Pasokan produk militer oleh AS dan sekutunya tidak hanya menimbulkan pertumpahan darah yang berkepanjangan dan korban baru, tetapi juga meningkatkan bahaya bentrokan militer langsung antara Rusia dan negara-negara Barat,” imbuhnya.
Pekan lalu, AS meluncurkan paket senjata senilai 1,1 miliar dolar AS untuk Ukraina, yang mencakup 18 sistem peluncur HIMARS, amunisi yang menyertainya, berbagai jenis sistem kontra-drone dan sistem radar.