Price menambahkan Biden sempat menyinggung soal mengkalibrasi ulang hubungan dengan Arab Saudi demi masyarakat Amerika.
Baca juga: 14 Negara Anggota NATO akan Gelar Latihan Pencegahan Nuklir
"Prinsip kami adalah memastikan memiliki hubungan dan melayani kepentingan kami," terang Price.
"Ini bukan hubungan bilateral yang selalu untuk kepentingan kami," jelasnya.
Pekan lalu, OPEC+, yang menyatukan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lain - yaitu Rusia - mengumumkan pembatasan.
Hal ini dinilai sebagai sebuah langkah yang kemungkinan akan mendorong harga bensin untuk konsumen AS menjelang pemilihan paruh waktu yang penting.
Pendapat kritikus OPEC
Kritikus OPEC berpendapat bahwa pembatasan produksi menaikkan harga minyak secara global, justru menghasilkan lebih banyak pendapatan bagi Rusia.
Dengan demikian, Moskow akan terus memiliki dana untuk melanjutkan perangnya di Ukraina, meskipun ada sanksi Barat.
Pada hari Selasa, Price menuduh OPEC mendukung perang di Ukraina "melawan kepentingan rakyat Amerika".
Arab Saudi telah menekankan bahwa keputusan 5 Oktober untuk mengurangi produksi sebesar dua juta barel per hari ditujukan untuk menstabilkan pasar minyak.
Riyadh menegaskan keputusan tersebut bukan untuk menaikkan harga di tengah melonjaknya suku bunga oleh bank sentral dan prospek resesi global.
Beberapa pendukung Arab Saudi juga berpendapat bahwa hubungan keamanan antara Washington dan Riyadh saling menguntungkan.
Pukulan ganda bagi Biden
Diwartakan The Guardian, keputusan kartel minyak OPEC+ pun dianggap sebagai pukulan ganda bagi Biden.
Ini merusak upayanya untuk memotong pendapatan Rusia dengan menurunkan harga minyak.
Kebijakan baru ini juga mengancam lonjakan harga minyak dan harga bensin domestik beberapa minggu sebelum pemilihan kongres.
Dilansir The New York Times, Biden mengisyaratkan keterbukaan terhadap tindakan pembalasan, termasuk penghentian penjualan senjata dan memungkinkan tuntutan hukum penetapan harga.