Itaewon termasuk daerah yang dikenal sebagai Homo Hill dan merupakan desa gay Seoul.
Terlepas dari sifat tabu homoseksualitas di Korea Selatan, orang dapat mengekspresikan diri secara terbuka di dalam lingkungan.
Tercatat ada sekitar 22.000 orang tinggal di distrik ini dan merupakan area populer bagi penduduk Seoul, turis, ekspatriat dan personel militer AS.
Asal Nama Itaewon
Nama Itaewon awalnya berasal dari nama sebuah penginapan yang terletak di sana pada masa Dinasti Joseon.
Baca juga: Korban Tewas Pesta Halloween Seoul Mencapai 149 Orang, Warga Ikut Beri Pertolongan
Hari ini disebut Itaewon yang mengacu pada banyaknya pohon pir.
Menurut cerita rakyat, nama itu juga ditulis menggunakan Hanja yang berbeda karakter yang menyinggung bayi asing.
Ketika Jepang menginvasi Seoul (1592–1593) selama Perang Imjin, sekelompok tentara Jepang merebut sebuah kuil Buddha di tempat yang sekarang disebut Itaewon tempat para biarawati Buddha tinggal.
Para prajurit tinggal di kuil untuk sementara waktu dan merudapaksa para biarawati Buddha.
Ketika tentara pergi, mereka membakar kuil Buddha.
Biarawati Buddhis yang dirudapaksa sekarang menjadi tunawisma menetap di dekatnya dan akhirnya melahirkan anak-anak.
Orang-orang dari desa tetangga menamai lokasi itu Itaewon setelah biksuni Buddhis yang hamil.
Selama Perang Imjin, Itaewon juga menjadi tempat tinggal tentara Jepang yang menyerah.
Sebagai Distrik Internasional Seoul, Itaewon dikenal menyajikan masakan yang tidak banyak tersedia di Korea, seperti yang berasal dari Inggris, Jerman, Prancis, India, Italia, Asia Tenggara, Portugal, Spanyol, Turki, Meksiko, Amerika dan Kanada.