TRIBUNNEWS.COM - Korban insiden Halloween di Itaewon, Korea Selatan, pada Sabtu (29/10/2022) waktu setempat, terus bertambah.
Para pejabat setempat mengatakan, korban tewas akibat insiden di Itaewon bertambah menjadi 151 orang.
Sebagian besar korban tewas adalah remaja atau berusia 20-an.
Dari ke-151 korban meninggal, 19 di antaranya adalah warga negara asing (WNA)
Sementara itu, jumlah korban luka-luka dalam insiden tersebut bertambah dari 76 korban menjadi 82 orang.
Baca juga: Fakta Itaewon, Kawasan Favorit Anak Muda Seoul yang Jadi Lokasi Tragedi Pesta Halloween
Setelah mengadakan pertemuan darurat, Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol, memerintahkan pembentukan satuan tugas untuk membantu korban luka.
Dikutip dari bbc.com, Yoon juga meluncurkan penyelidikan penyebab insiden maut tersebut.
Kesaksian Para Saksi Mata
Seorang saksi mata, Jeon Ga-eul (30), sedang minum-minum di bar saat insiden itu terjadi.
"Teman saya berkata: sesuatu yang mengerikan sedang terjadi di luar," katanya kepada kantor berita AFP.
"Saya berkata: apa yang kamu bicarakan? Kemudian saya pergi ke luar untuk melihat dan ada orang yang melakukan CPR di jalan," ujar dia.
Sementara itu, seorang dokter, Lee Beom-suk, yang memberikan pertolongan pertama kepada para korban menggambarkan perjuangannya untuk menyelamatkan nyawa.
"Ketika saya pertama kali mencoba CPR, ada dua korban tergeletak di trotoar."
"Tapi jumlahnya bertambah segera setelah itu, melebihi jumlah korban pertama di tempat kejadian," katanya kepada penyiar lokal YTN, dikutip dari kantor berita AFP.
"Banyak orang datang untuk membantu kami dengan CPR," lanjutnya.
Lee juga menjelaskan sebagian besar korban dalam kondisi pucat.
"Sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Begitu banyak wajah korban pucat."
"Saya tidak bisa menangkap denyut nadi atau napas mereka dan banyak dari mereka hidungnya berdarah," tuturnya.
Baca juga: Buntut Tragedi Pesta Halloween di Itaewon, Presiden Korea Selatan Umumkan Masa Berkabung Nasional
Seorang saksi mata lainnya, Kim Seo-jeong (17), mengatakan hampir tak bisa bernapas saat insiden terjadi.
Saat itu, Kim mendatangi pesta Halloween di Itaewon bersama temannya pada Sabtu malam.
Dikutip dari nytimes.com, mereka sempat bersenang-senang setelah melewatkan perayaan Halloween pada tahun-tahun sebelumnya karena pandemi.
Namun, apa yang diharapkan menjadi malam yang menyenangkan, segera berubah menjadi mimpi buruk.
Tepatnya, ketika ribuan orang berdesakan di gang sempit, di sebelah Hotel Hamilton menciptakan kerumunan yang mematikan.
"Pada saat kami memasuki gang pada pukul 8 malam, sudah ada begitu banyak orang sehingga kami hampir tidak bisa melangkah maju," kata Kim dalam sebuah wawancara telepon.
"Kami menyerah setelah satu jam kemudian dan mencoba berbalik untuk pulang, tetapi kami juga tidak bisa bergerak ke arah lain."
"Ada orang yang mendorong dari belakang kami. Ada orang di depan kami yang mendorong untuk pergi ke arah lain," ungkapnya.
Kemudian, sekelompok pemuda mendorong sembari berteriak, "Dorong! Dorong!"
"Seseorang di depan saya terpeleset dan jatuh, membuat saya ikut terjatuh."
"Orang-orang di belakang saya jatuh seperti kartu domino," kata Kim.
"Ada orang-orang di bawah saya dan orang-orang jatuh di atas saya. Aku hampir tidak bisa bernapas."
"Kami berteriak minta tolong, tetapi musik di gang sangat keras, teriakan kami tak terdengar," bebernya.
Baca juga: Mengenal Itaewon, Tempat Tragedi Halloween, Terkenal sebagai Pusat Multikulturalisme di Korsel
Kim dan temannya berhasil merangkak keluar setelah orang dewasa menarik mereka ke sebuah kedai minuman.
Mereka kemudian meninggalkan gang dengan beringsut di sepanjang dinding.
Apa yang mereka saksikan di sepanjang jalan hanyalah kekacauan.
Kim menjelaskan situasi di gang tersebut sangat ramai dan berisik sehingga orang-orang sepertinya tidak tahu apa yang terjadi.
Orang-orang merekam kerumunan menggunakan smartphone. Beberapa sibuk memakai kostum Halloween.
Yang lain meneriaki pemilik bar, menanyakan kapan mereka bisa masuk.
Beberapa petugas polisi yang bergegas ke tempat kejadian, meniup peluit, mencoba mengendalikan kerumunan, tetapi tidak berhasil.
Kim sendiri tidak tahu seberapa mematikan insiden itu sampai dia berada di kereta bawah tanah dalam perjalanan pulang di Yongin, selatan Seoul, ketika dia mengakses internet dan membaca berita.
"Orang-orang sangat tidak sensitif tentang keselamatan publik," katanya.
Kim juga mengatakan, seharusnya pemerintah mengirim lebih banyak polisi untuk mengendalikan massa.
"Ada kerumunan Halloween di Itaewon tahun lalu meskipun ada pandemi."
"Pemerintah seharusnya mengantisipasi kerumunan yang jauh lebih besar tahun ini, karena sebagian besar pembatasan pandemi telah hilang," tuturnya.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)