Tidak semua donasi terbuka untuk umum, contohnya, sebuah komunitas Muslim Sri Lanka di Seoul telah mengumpulkan dukungan untuk mendonasikan lebih dari 9 juta won untuk keluarga korban tewas dari Sri Lanka bernama Munawwar Mohamed Jinath.
Ini memungkinkan keluarga Jinath untuk membayar tagihan rumah sakit dan menutupi biaya demi membawa pulang jenazahnya.
Perlu diketahui, komunitas agama ini tidak meminta sumbangan dari luar.
"Kami tidak yakin kapan dukungan pemerintah akan ditawarkan, jadi kami datang bersama-sama dengan orang-orang di sebuah masjid di Seoul untuk mengumpulkan uang demi membawa jenazah (Jinath) kembali ke rumahnya," kata seorang teman Jinath, yang enggan disebutkan namanya.
Orang-orang yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam proyek donasi mengatakan bahwa beberapa keluarga yang ditinggalkan, berjuang secara finansial untuk menutupi biaya rawat inap akhir hayat para korban di Seoul dan transportasi mereka melalui penerbangan atau kapal. Itu tidak termasuk biaya kremasi dan pemakaman.
Menurut International Citizens Insurance, biaya pemulangan jenazah jauh lebih mahal dibandingkan biaya khas penerbangan penumpang, mulai dari 10.000 hingga 20.000 dolar AS tergantung jarak.
Baca juga: 6 Artis Korea yang Meninggal karena Insiden: Lee Ji Han dan Kim Yuna Meninggal di Tragedi Itaewon
Dalam kasus Rusia, karena invasi berkelanjutan masih dilakukan ke Ukraina, tidak ada penerbangan langsung antara Rusia dan Korea.
Jenazah para WNA Rusia harus dipulangkan menggunakan kapal laut.
"(Keluarga yang berduka) berhak untuk memulangkan anak mereka secepat mungkin dan mengirim mereka pergi sebaik mungkin. Brada pada tingkat yang sama dengan keluarga Korea, mereka membutuhkan dana yang sedikit lebih banyak. Oleh karena itu kami membantu melalui pendanaan pribadi," kata seseorang yang akrab dengan salah satu proyek crowdfunding untuk para korban tanpa menyebut nama.
Di bawah adat Rusia, pemakaman akan berlangsung selama tiga hari setelah kematian seseorang, dan keluarga yang berduka akan memperingati selama 9 hari dan 40 hari setelah kematian.
"Orang tua tidak bisa mengikuti norma sosial dan budaya," kata orang tersebut.
Sementara itu, ada juga seruan untuk memberikan perhatian dan dukungan kepada mereka yang terluka parah.
"Keluarga (korban yang terluka) melakukan perjalanan dari (negara asal) ke Korea dengan uang mereka sendiri dan belum diberi bantuan keuangan dari organisasi pemerintah manapun. Tidak ada yang membantu keluarga (korban yang terluka)," jelas seseorang yang dekat dengan satu pasien WNA yang tengah dalam kondisi kritis.
Di tengah kesibukan kampanye akar rumput, beberapa orang menyuarakan kehati-hatian atas potensi penipuan dan kesalahan dalam penanganan donasi.