TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah perubahan terjadi setelah Twitter diambil alih oleh bos Tesla, Elon Musk.
Diketahui, pada 27 Oktober 2022 lalu Elon Musk secara resmi telah membeli Twitter dengan kesepakatan senilai 44 miliar Dolar AS atau sekitar Rp684,5 triliun.
Sebuah perusahaan data telah menemukan bahwa Twitter mungkin telah kehilangan lebih dari satu juta pengguna sejak Musk membeli perusahaan teknologi itu.
Itu terjadi karena beberapa pengguna telah ditangguhkan oleh perusahaan, dan sisanya dinonaktifkan karena protes.
Perusahaan Bot Sentinel melacak perilaku Twitter yang tidak autentik dengan menganalisis lebih dari 3,1 juta akun dan aktivitas harian mereka.
Bot Sentinel menunjukan, sekitar 877.000 akun dinonaktifkan dan 497.000 lainnya ditangguhkan antara 27 Oktober dan 1 November, lebih dari dua kali lipat dari jumlah biasanya.
Baca juga: Elon Musk Beri Pesangon 3 Bulan Gaji ke Karyawan yang Di-PHK, Ngaku Twitter Rugi Rp62 Miliar/Hari
"Kami telah mengamati peningkatan pada orang-orang yang menonaktifkan akun mereka dan juga menangguhkan akun Twitter," kata Christopher Bouzy, pendiri Bot Sentinel, dikutip dari Daily Mail.
Bouzy dan Bot Sentinel menemukan angka-angka tersebut setelah menganalisis proporsi pengguna mereka dan melihat berapa banyak yang ditangguhkan atau dinonaktifkan.
Kemudian menerapkannya pada jumlah total pengguna Twitter.
Twitter saat ini memiliki sekitar 237 juta pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi, menurut perusahaan.
Mereka menemukan bahwa sekitar 0,59 persen pengguna yang mereka pantau telah ditangguhkan atau dinonaktifkan.
Itu menunjukkan peningkatan 208 persen dalam kerugian akun dibandingkan dengan hari-hari sebelum Musk membeli perusahaan tersebut.
Penururanan Pendapatan Besar-besaran
Sementara itu pada hari Jumat (4/11/2022), Musk mengatakan bahwa Twitter telah mengalami penurunan besar-besaran dalam pendapatan, karena semakin banyak pengiklan menghentikan pengeluaran di platform setelah akuisisi.
“Twitter mengalami penurunan pendapatan besar-besaran, karena kelompok aktivis menekan pengiklan, meskipun tidak ada yang berubah dengan moderasi konten dan kami melakukan segala yang kami bisa untuk menenangkan para aktivis,” katanya dalam sebuah tweet, seperti dilansir CNN.
“Sangat kacau! Mereka mencoba menghancurkan kebebasan berbicara di Amerika,” imbuhnya.
Pernyataan itu muncul ketika beberapa merek, termasuk General Mills dan Grup Volkswagen, menghentikan sementara iklan di jejaring sosial.
Baca juga: Elon Musk Perbarui Tagihan Twitter Pengguna Akun Centang Biru jadi 8 Dolar AS
Juga ketika organisasi masyarakat sipil meminta pengiklan Twitter untuk menghentikan semua pengeluaran secara global, mengutip ketidakpastian tentang arah perusahaan di bawah Musk.
“Kami telah menghentikan sementara iklan di Twitter,” Kelsey Roemhildt, juru bicara General Mills.
"Seperti biasa, kami akan terus memantau arah baru ini dan mengevaluasi pengeluaran pemasaran kami," kata juru bicara tersebut.
Dalam pernyataan terpisah, Grup Volkswagen, yang memiliki Audi, Porsche, dan Bentley, mengonfirmasi telah merekomendasikan mereknya untuk menghentikan aktivitas berbayar mereka di platform hingga pemberitahuan lebih lanjut.
The Wall Street Journal, yang pertama kali melaporkan pergerakan tersebut, juga mengatakan Pfizer dan Mondalez menghentikan sementara iklan di Twitter.
Perusahaan-perusahaan itu bergabung dengan General Motors, yang sebelumnya mengatakan akan menghentikan sementara pembayaran untuk iklan di Twitter sambil mengevaluasi "arah baru" platform.
Toyota, pesaing Tesla lainnya, sebelumnya mengatakan kepada CNN bahwa pihaknya sedang berdiskusi dengan pemangku kepentingan utama dan memantau situasi di Twitter.
(Tribunnews.com/Yurika)