TRIBUNNEWS.COM - Penasihat senior presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak mengatakan pada Senin (7/11/2022), Kyiv tidak pernah menolak bernegosiasi dengan Moskow.
Ukraina mengaku siap untuk melakukan negosiasi dengan pihak Rusia.
Akan tetapi, Ukraina memiliki syarat, yakni ingin bernegosiasi jika Presiden Rusia bukan Vladimir Putin.
Menurut laporan Washington Post, Mykhailo Podolyak mengatakan bahwa Presiden AS, Joe Biden secara pribadi mendorong pemimpin Ukraina untuk melakukan pembicaraan dengan Rusia.
"Ukraina tidak pernah menolak untuk bernegosiasi. Posisi negosiasi kami diketahui dan terbuka," tulisnya di Twitter, dikutip dari Reuters.
"Apakah Putin siap? Jelas tidak. Oleh karena itu, kami konstruktif dalam penilaian kami: kami akan berbicara dengan pemimpin (Rusia) berikutnya," lanjutnya.
Baca juga: Terancam Kiamat Energi, Ukraina Akan Evakuasi Tiga Juta Penduduk Kyiv
Pembicaraan Damai Terjadi jika Kyiv Rebut Kherson
Amerika Serikat dan NATO berpendapat bahwa pembicaraan damai bisa terjadi jika Ukraina mengambilalih Kherson.
Melansir TASS melalui La Repubblica, pengambilalihan Kherson dengan pertempuran, memiliki signifikansi strategis dan diplomatik.
Washington terus berhubungan dengan Brussel dan sekutunya mengenai masalah ini, serta menanamkan ide ini ke dalam pikiran rezim Kyiv.
Menurut La Repubblica, bukan kebetulan bahwa Washington dan NATO melakukan pengiriman sejumlah rudal anti-drone ke Ukraina.
Baca juga: Dibombardir Oleh Drone Rusia Tanpa Henti, Ukraina Terancam Kehabisan Senjata Pertahanan Udara
Poin utamanya adalah bahwa kembalinya Kherson, target strategis dari sudut pandang mendapatkan akses laut dan kontrol atas sumber daya air dapat mengubah arah konflik.
Ketika Kherson diambilalih, akan memungkinkan untuk mengadakan negosiasi dari posisi tersebut.
Hal ini adalah pertama kalinya Gedung Putih mengizinkan skenario khusus seperti itu.
Terdapat dua aspek, yang pertama adalah dugaan ancaman, betapapun jauhnya, Rusia menggunakan senjata nuklir taktis yang akan membutuhkan respons skala besar.
Kemudian yang kedua, perluasan pengaruh China di Rusia.
Baca juga: Amerika Serikat Dorong Ukraina untuk Buka Negosiasi Perdamaian dengan Rusia
Kekalahan total Vladimir Putin yang perubahan rezimnya tidak lagi dibahas sebagai salah satu opsi, akan menyebabkan konsekuensi yang lebih buruk bagi AS, seperti Rusia yang berada di bawah kendali penuh China.
Dikatakan, dalam banyak hal proses politik akan bergantung pada hasil pemilihan paruh waktu kongres AS.
Namun konflik memasuki fase baru karena sifat "paralel" kepentingan Kremlin dan Washington, kata La Repubblica.
Dikatakan bahwa ini dikonfirmasi oleh AS yang mengakui telah mempertahankan kontak langsung dengan Moskow selama berbulan-bulan untuk mencegah perluasan konflik dan eskalasi nuklir.
(Tribunnews.com/Whiesa)