Investigasi Zahedan
Pada hari Minggu, delegasi yang dikirim oleh pemimpin tertinggi negara itu, Ayatollah Ali Khamenei, melakukan perjalanan ke Zahedan di provinsi tenggara Sistan dan Baluchestan untuk menyelidiki peristiwa yang terjadi pada 30 September, yang menewaskan puluhan orang.
Pada "Jumat berdarah", setidaknya 66 orang, termasuk anak-anak, terbunuh oleh peluru tajam, menurut Amnesty International, dengan sumber lain mengklaim jumlah korban tewas lebih tinggi.
Baca juga: Pejabat Tinggi Rusia Bertemu Presiden Iran Embrahim Raisi Bahas Perang di Ukraina
Otoritas Iran mengatakan "teroris" menembaki sebuah kantor polisi, mendorong pasukan keamanan untuk merespons.
Tapi Abdolhamid Ismaeelzahi, imam sholat Jum'at Zahedan, telah menantang narasi itu, mengatakan tanggung jawab terletak pada pihak berwenang dan pasukan keamanan.
Ismaeelzahi hadir dalam pertemuan pada hari Minggu dengan perwakilan pemimpin tertinggi di mana, menurut IRNA yang dikelola negara, dia kembali membantah akun pihak berwenang bahwa pengunjuk rasa bersenjata atau menyerang kantor polisi.
Sanski Iran
Otoritas Iran telah berulang kali menuduh Barat, terutama Amerika Serikat (AS) dan sekutu regionalnya Israel, berada di balik kerusuhan negara itu.
AS, Uni Eropa, Inggris, dan Kanada semuanya mengenakan sanksi hak asasi manusia terhadap Teheran, yang telah menanggapinya dengan sanksinya sendiri.
Uni Eropa sekarang bersiap untuk menyelesaikan lebih banyak sanksi pada hari Senin, dengan kepala kebijakan luar negeri blok itu Josep Borrell mengatakan kepada wartawan bahwa paket sanksi lain terhadap orang-orang yang bertanggung jawab atas penindasan para demonstran sedang dikerjakan.
Jerman dan Islandia pekan lalu mengajukan permintaan atas nama 42 negara untuk mengadakan sesi khusus Dewan Hak Asasi Manusia PBB tentang protes Iran, mendorong Teheran untuk mengutuknya dan mengirim delegasi ke New York City.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Senin sekali lagi menyebut protes yang sedang berlangsung di Iran sebagai "revolusi" beberapa hari setelah dia bertemu dengan beberapa aktivis wanita, sebuah langkah yang dikecam Kementerian Luar Negeri Iran.
"Sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya sedang terjadi. Cucu-cucu revolusi sedang melakukan revolusi," kata Macron.
Iran juga menyalahkan kelompok Kurdi yang berbasis di Irak utara karena menghasut kerusuhan, dan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) pada Senin menyerang posisi dan bangunan yang digunakan oleh kelompok Kurdi dengan rudal dan drone.
Seorang komandan pasukan elit mengatakan pada hari Minggu bahwa lebih dari 100 anggota anti-revolusioner dari kelompok-kelompok ini telah ditangkap sejak September dan senjata api serta amunisi telah disita dari mereka.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)