TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov menyatakan hingga saat ini ia telah mengirimkan sebanyak 20.000 pejuangnya ke medan laga di Ukraina.
Mereka telah bertempur membela Vladimir Putin sejak awal invasi Rusia pada akhir Februari hingga saat ini.
"Sejak awal operasi militer khusus, lebih dari 20.000 pejuang Chechnya telah mengambil bagian di dalamnya, 9.000 di antaranya saat ini berada di garis depan,” kata Kadyrov dikutip dari TASS, pada Selasa (15/11/2022).
Dalam saluran Telegramnya, Kadyrov menyebutkan, Dana Publik Regional dinamai Pahlawan Rusia Akhmat-Khadzhi Kadyrov telah mentransfer lebih dari 20.000 ton bantuan kemanusiaan bantuan kepada penduduk wilayah yang dibebaskan selama periode operasi militer khusus.
Baca juga: Ramzan Kadyrov Akui 100 Persen Puas dengan Operasi Militer Khusus Rusia di Ukraina
Pejuang dari Republik Chechnya telah berhasil mengatasi misi yang ditugaskan kepada mereka sejak hari pertama operasi militer khusus di Ukraina, tegas Kadyrov.
Sebagai kesimpulan, saya menginstruksikan komandan unit dan kepala departemen dalam negeri regional untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membentuk cadangan dari antara mereka yang ingin bergabung dengan struktur militer dan juga mengatur pelatihan yang sesuai untuk mereka.
“Ini akan membantu segera mengisi kembali jajaran militer -lembaga keamanan dengan personel terlatih dan siap, jika perlu," tambah Kadyrov.
Kirim Anaknya ke Medan Tempur
Ramzan Kadyrov berkata tiga anaknya, yang masih berusia 14, 15, dan 16 tahun, akan segera dikirim ke Ukraina untuk membantu pasukan Rusia.
Kadyrov adalah sekutu kuat Vladimir Putin, meskipun baru-baru ini mengkritik kepemimpinan militer Rusia, BBC.com melaporkan.
Di media sosial, Kadyrov menulis bahwa seorang ayah harus mengajari putranya cara melindungi keluarga, orang-orang, dan tanah air mereka.
Rusia telah menandatangani perjanjian PBB yang mencegah anak-anak di bawah usia 18 tahun mengambil bagian langsung dalam peperangan.
Menggunakan anak-anak di bawah usia 15 tahun untuk berpartisipasi dalam peperangan dianggap sebagai kejahatan perang oleh Pengadilan Kriminal Internasional.
Baca juga: Presiden AS Joe Biden: Kecil Kemungkinan Rudal yang Jatuh di Polandia Ditembakkan dari Rusia
Namun Rusia tidak mengakui yurisdiksi itu.