TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin menyembunyikan fakta terkait jatuhnya pesawat MH17 atau Malaysia Airlines Flight 17.
Pesawat MH17 jatuh di Ukraina timur pada 17 Juli 2014 saat melakukan penerbangan dari Amsterdam, Belanda ke Kuala Lumpur, Malaysia.
Ketiga tersangka adalah warga Rusia Igor Girkin dan Sergey Dubinskiy serta warga Ukraina Leonid Kharchenko yang divonis penjara seumur hidup di Pengadilan Distrik Den Haag Belanda, Kamis (17/11/2022).
Pesawat MH17 ditembak jatuh oleh rudal permukaan-ke-udara Rusia ketika terbang di atas Ukraina timur pada tahun 2014, dikutip dari The Guardian.
Kecelakaan ini menewaskan 298 orang, di antaranya 38 warga Australia.
Pada Jumat (18/11/2022), Penny Wong memberi komentar terhadap putusan Pengadilan Distrik Den Haag Belanda.
Baca juga: Soal Penembakan Pesawat Malaysia Airlines MH17 pada 2014, 3 Orang Dihukum Penjara Seumur Hidup
Penny Wong menilai, selama ini Putin menyembunyikan fakta terkait jatuhnya pesawat MH17, termasuk keterlibatan kelompok separatis di Donetsk, Ukraina.
“Putusan ini penting, karena menegaskan kebenaran bahwa orang-orang ini bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat sipil dan juga menegaskan keterlibatan Federasi Rusia. (kelompok) separatis mendapat arahan dari Rusia, di mana Rusia menyediakan pelatihan, senjata, dan uang," kata Penny Wong kepada Radio National ABC, Jumat (18/11/2022) pagi.
"Kami akan mengatakan kepada (Presiden) Rusia, dunia tahu bahwa Anda menyembunyikan pembunuh dan itu mengatakan sesuatu tentang Anda, Tuan Putin," lanjutnya.
Ketiganya telah masuk dalam daftar Interpol dan tidak ada yang akan menghapus hukuman itu dan mereka yang mendukung dan mendanai mereka.
3 tersangka masih buron
Tersangka Igor Girkin, Sergey Dubinskiy, dan Leonid Kharchenko diperintahkan untuk membayar ganti rugi lebih dari €16 juta sebagai kompensasi kepada para korban dan vonis penjara seumur hidup.
Ketiga pria itu masih buron dan tidak jelas apakah mereka akan menjalani hukuman mereka.
Warga negara Rusia ketiga, Oleg Pulatov, dibebaskan dari tuduhan karena kurangnya bukti tentang perannya dalam penembakan rudal.