TRIBUNNEWS.COM - Pengunduran diri massal terjadi di Twitter setelah Elon Musk mengeluarkan ultimatum kepada karyawannya: bekerja sangat keras atau mengundurkan diri.
Sejumlah karyawan bahkan memutuskan untuk keluar saat Elon Musk berbicara tentang masa depan Twitter.
Dalam sebuah laporan New York Times yang dikutip NDTV, setelah deadline hari Kamis jam 5 sore, ratusan hingga seribuan karyawan nampaknya memilih untuk mengundurkan diri dengan membawa pesangon 3 bulan.
Twitter juga mengumumkan menutup kantor pusat di San Fransisco hingga hari Senin (21/11/2022).
Di saat yang sama, Elon Musk dan para penasihatnya menggelar rapat bersama karyawan yang dinilai "penting" agar mereka tidak meninggalkan perusahaan.
Tim Elon Musk juga mengadakan rapat dengan "karyawan yang ragu-ragu" yang dianggap sebagai kunci operasi Twitter untuk membujuk mereka agar tidak mengundurkan diri.
Baca juga: Ribuan Karyawan Twitter Mengundurkan Diri, Elon Musk Tutup Kantor untuk Sementara
"Dalam pidatonya, Elon Musk mengatakan bahwa dia tahu cara menang dan mereka yang ingin menang harus bergabung dengannya," tulis laporan NYT.
"Dalam salah satu rapat itu, beberapa karyawan dipanggil ke ruang konferensi di kantor San Francisco sementara yang lain ditelepon melalui konferensi video."
"Ketika batas waktu pukul 17.00 berlalu, beberapa yang ditelepon mulai menutup video call, tampaknya telah memutuskan untuk pergi, bahkan saat Elon Musk masih berbicara," tambahnya.
Selama beberapa minggu terakhir, Elon Musk telah memecat karyawan yang menentang atau tidak setuju dengannya.
Ia memberi tahu karyawan bahwa mereka harus bekerja "sangat keras" untuk membuat Twitter sukses.
Ia memberi waktu sekitar 36 jam kepada karyawan Twitter yang tersisa untuk keluar atau berkomitmen membangun "terobosan Twitter 2.0."
Baca juga: Elon Musk Ultimatum Karyawan Twitter: Pilih Kerja Keras atau Resign
Kekusutan di Twitter terjadi dalam beberapa minggu setelah Elon Musk mengakuisisi perusahaan media sosial tersebut senilai USD 44 miliar bulan lalu.
Ia lalu memberhentikan sekitar setengah dari 7.500 pekerja penuh waktu Twitter.
Laporan NYT menambahkan bahwa pelepasan begitu banyak karyawan dalam periode singkat telah menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Twitter akan terus beroperasi secara efektif.
Laporan tersebut mengatakan setelah Elon Musk meminta pekerja untuk memutuskan apakah mereka akan tetap bersama perusahaan atau keluar, karyawan diberi dokumen FAQ (pertanyaan yang sering diajukan) tentang paket keluar pada hari Rabu.
FAQ dibuka dengan mengatakan bahwa ultimatum dari Elon Musk adalah bentuk "komunikasi resmi perusahaan" dan "bukan upaya phishing."
"Seperti yang Anda lihat, Twitter berada di awal perjalanan yang mengasyikkan," kata dokumen itu.
FAQ mengatakan karyawan harus memaksimalkan bekerja dari kantor dan bekerja pada jam yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan di tingkat tertinggi, termasuk pagi hari, larut malam dan akhir pekan, kata laporan NYT.
Baca juga: Pusing Urus Twitter, Elon Musk Berencana Cari Pemimpin Baru
Musk juga mengirimkan pesan yang membingungkan dan berbeda tentang kebijakan kerja jarak jauh Twitter.
Pertama, ia mengatakan bahwa semua karyawan Twitter harus datang ke kantor untuk bekerja setidaknya 40 jam seminggu.
Kemudian Musk mengumumkan, "Mengenai kerja jarak jauh, semua yang diperlukan untuk persetujuan adalah bahwa manajer Anda bertanggung jawab untuk memastikan bahwa Anda memberikan kontribusi yang luar biasa."
Laporan NYT mengatakan beberapa menit kemudian, Elon Musk mengirim email lain ke staf.
Ia mengatakan bahwa manajer dilarang berbohong tentang pekerjaan yang luar biasa sebagai kedok bagi karyawan untuk bekerja dari rumah.
"Manajer mana pun yang secara keliru mengklaim bahwa seseorang yang melapor kepada mereka melakukan pekerjaan yang sangat baik atau bahwa peran yang diberikan itu penting, baik dari jarak jauh atau tidak, akan dikeluarkan dari perusahaan," kata Musk.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)