TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 10 narapidana tewas dalam kerusuhan di penjara El Inca di Quito, Ibu Kota Ekuador.
Insiden kerusuhan ini dipicu keputusan pemerintah untuk memindahkan tiga bos geng kejahatan ke penjara dengan pengamanan yang lebih tinggi.
Dilansir Al Jazeera, bentrok para narapidana di dalam penjara El Inca pecah pada Jumat (18/11/2022).
Ini terjadi setelah pemerintah mengumumkan akan memindahkan sejumlah tahanan yang dicurigai menjadi dalang di balik kerusuhan yang terjadi sebelumnya, ke penjara dengan keamanan maksimum.
Menurut pernyataan kantor kepresidenan, salah satu tahanan yang relokasinya memicu kekerasan yakni pemimpin geng Los Lobos, Jonathan Bermudez.
Bermudez diduga mendalangi aksi pembunuhan di penjara El Inca sebelumnya.
Baca juga: Susah Pasang Infus Suntik Mati, Eksekusi Napi Pembunuhan di AS Ini Dibatalkan
Otoritas penjara mengatakan anggota organisasi kriminal Los Lobos melancarkan aksi kekerasan sebagai pembalasan atas pemindahan Bermudez.
Komandan polisi, Victor Herrera mengatakan kepada awak pers bahwa penjara telah diamankan.
Petugas forensik juga sedang mengevakuasi mayat para korban tewas.
Herrera menyebut penyebab kematian diduga karena pencekikan.
Sejak Februari 2021, Ekuador telah mengalami delapan pembantaian penjara yang menewaskan sekitar 400 orang.
Kebanyakan korban tewas dipenggal atau dibakar.
Kerusuhan penjara yang dipimpin geng terakhir terjadi pada 8 November di Quito, di mana lima narapidana tewas.
Presiden Ekuador, Guillermo Lasso, mengatakan negaranya tidak akan terintimidasi oleh para pemimpin geng.
"Kami memberi tahu mereka bahwa tangan kami tidak akan gemetar," cuit Lasso di Twitter tentang pemindahan para pemimpin geng pada Jumat (18/11/2022).
Ia juga mengultimatum para anggota geng yang melanjutkan aksi kekerasannya.
Dalam pernyataannya itu, Lasso mengucapkan terima kasih kepada lembaga penegak hukum karena memulihkan ketertiban di penjara dan menangani "pemimpin teroris-narkoba".
Awal bulan ini, pemerintah Lasso merelokasi sekitar 2.400 narapidana.
Keputusan ini memicu pemberontakan anggota geng di jalanan, yang melakukan penembakan dan meledakkan bom mobil di kantor polisi hingga pom bensin.
Delapan orang, termasuk lima anggota polisi, tewas dalam serangan di kota pelabuhan Guayaquil.
Baca juga: Akram Afif, Sosok yang Berpeluang Mencuri Gol di Laga Pembuka Qatar vs Ekuador Piala Dunia 2022
Baca juga: Polisi di Medan Jadi Dalang Penganiayaan Tahanan hingga Tewas, Kini Dituntut 8 Tahun Penjara
Menyusul insiden itu, Presiden Lasso mengumumkan jam malam dan keadaan darurat di Provinsi Guayas, Esmeraldas dan Santo Domingo de los Tsachilas.
Pasukan keamanan dikerahkan ke tiga provinsi tersebut.
Ekuador telah berubah dari rute transit narkoba menjadi pusat distribusi vital yang tersiksa oleh kekerasan narkoba.
Pihak berwenang menyalahkan gelombang kejahatan kekerasan pada geng saingan yang memiliki hubungan dengan kartel Meksiko.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)