News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah di Balik ISIS

Aksi Jihadi John, Khatibat al-Muhajireen, dan Peran Intelijen Inggris

Penulis: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto Mohammad Emwazi alias Jihadi John. Pria ini dilahirkan di Kuwait, tumbuh besar di London Barat, Inggris. Emwazi bergabung kelompok Al Muhajirin London, pergi ke Suriah, dan berbaiat ke ISIS. Ia menculik dan membunuh jurnalis Amerika James Foley serta beberapa sandera asing lainnya di Aleppo dan Raqqa, Suriah pada 2014.

Sesudah diculik, Foley ditahan di penjara yang dikendalikan bersama oleh kelompok bersenjata Liwa al-Tawhid, atau Brigade Monoteisme.

Kelompok ini beroperasi di bawah payung Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dan menerima bantuan langsung dari intelijen AS.

Beberapa di antaranya termasuk senjata yang dijual ke ISIS, termasuk kepada pemimpin kelompok yang menguasai James Foley.

Dengan kata lain, meskipun pembunuhan James Foley terjadi di gurun Raqqa, bisa dibilang dimulai di tempat yang lebih akrab, yaitu London dan Washington.

Corong Teror

Jauh sebelum ledakan konflik Suriah, pada 2009, mantan Menteri Luar Negeri Prancis Roland Dumas diberitahu pejabat tinggi Inggris bahwa Inggris sedang mengatur invasi pemberontak ke Suriah.

Ini melibatkan pengiriman jihadis Inggris ke Suriah melalui saluran yang didirikan intelijen Inggris beberapa dekade sebelumnya, untuk berperang di Bosnia dan Kosovo melawan Serbia.

Beberapa anggota kelompok militan Suriah terkait Al Qaeda (AP)

Menurut mantan jaksa federal AS John Loftus, intelijen Inggris telah menggunakan Gerakan Al-Muhajirin yang berbasis di London untuk merekrut militan Islam dengan paspor Inggris untuk perang melawan Serbia.

Al-Muhajirin, yang kemudian dikenal sebagai al-Ghurabaa dan Islam4UK adalah gerakan keagamaan Salafi yang didirikan di Inggris pada 1996 oleh ulama Suriah yang diasingkan Omar Bakri Mohammed.

Seperti dijelaskan jurnalis Nafeez Ahmed, Omar Bakri Mohammed adalah informan lama untuk intelijen Inggris. Ia secara teratur bertemu agen MI5 sepanjang tahun 1990-an.

Bakri mengakui perannya dalam melatih para jihadis untuk dikirim ke luar negeri, dalam sebuah wawancara dengan The Guardian pada Mei 2000.

Sebulan setelah serangan 7 Juli 2005 di London, di mana pembom bunuh diri menargetkan sistem transportasi kota, menewaskan 52 orang, Bakri meninggalkan Inggris ke Lebanon.

Meskipun mantan anggota Muhajirin ikut serta dalam serangan itu, Kantor Dalam Negeri Inggris tidak mencegah Bakri meninggalkan negara itu, tetapi melarangnya kembali lagi.

Pada 2009, pasukan keamanan Lebanon menuduh Bakri melatih anggota Al-Qaeda, sementara Bakri membual.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini