News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

AS Khawatir Ancaman Serangan Turki ke Suriah Bisa Bebaskan Ribuan Napi ISIS

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah gambar menunjukkan pemandangan tank setengah terkubur di alun-alun Free Woman di kota Kurdi, Suriah, juga dikenal sebagai Ayn al-Arab, di utara gubernur Aleppo pada 20 November 2022. Turki mengumumkan telah melakukan serangan udara terhadap pangkalan militan Kurdi yang dilarang di seluruh Suriah utara dan Irak, yang disebut digunakan untuk melancarkan serangan teroris di tanah Turki.

TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Pers Pentagon Amerika Serikat (AS) Brigadir Jenderal Patrick Ryder khawatir dengan potensi serangan Turki ke militan Kurdi di Suriah dapat membuka akses teroris ISIS yang dipenjara.

Pasukan Kurdi Suriah (SDF) yang bekerja sama dengan AS, telah memenjarakan ribuan teroris ISIS dari lebih dari 50 negara di penjara di timur laut Suriah.

"Serangan udara baru-baru ini di Suriah secara langsung mengancam keselamatan personel AS yang bekerja di Suriah dengan mitra lokal untuk mengalahkan ISIS dan mempertahankan tahanan lebih dari 10.000 tahanan ISIS," kata Sekretaris Pers Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder.

Sebelumnya, Turki telah menyerang militan Kurdi Suriah melalui udara pada Minggu (20/11/2022).

Pada Senin (21/11/2022), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengisyaratkan kemungkinan serangan darat di Suriah utara dan Irak untuk menyerang militan Kurdi.

Konflik Turki dan militan Kurdi menimbulkan kekhawatiran bagi Pentagon yang saat ini mempertahankan 10 ribu tahanan ISIS di Suriah.

Baca juga: Ketegangan di Perbatasan Turki-Suriah Meningkat, Pangkalan Patroli AS Terkena Serangan Rudal

Serangan udara yang diluncurkan Turki pada 20 November menargetkan organisasi militer Kurdi Suriah—Unit Pertahanan Rakyat (YPG) di Suriah dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di Irak.

Menyusul serangan itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan kemungkinan serangan darat.

"Ini tidak terbatas hanya pada kampanye udara," kata Erdogan.

"Kami akan berkonsultasi dengan kementerian pertahanan dan staf umum kami dan memutuskan bersama-sama pasukan darat kami perlu berkontribusi, kemudian mengambil langkah kami sesuai," tambahnya.

Kementerian Pertahanan Turki mengatakan, serangan udara itu berhasil menewaskan 326 militan Kurdi.

Hal ini telah menuai kritik Amerika atas kedekatan serangan ke pangkalan koalisi terdekat, di mana tentara AS ditempatkan.

Sementara itu, AS yang masih berada di tengah konflik Turki dan militan Kurdi di Suriah mulai mengurangi aktivitas militer.

"De-eskalasi segera diperlukan untuk mempertahankan fokus pada misi kekalahan-ISIS dan memastikan keselamatan dan keamanan personel di lapangan yang berkomitmen untuk misi kekalahan-ISIS," katanya.

Baca juga: Presiden Turki Beri Isyarat Serangan Darat ke Suriah dan Irak, Erdogan: Kami akan Putuskan Bersama

Gambar selebaran ini diambil dan dirilis oleh Layanan Pers Kepresidenan Turki pada 5 Agustus 2022 menunjukkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) berjabat tangan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) di Sochi. (Murat KULA / LAYANAN PERS PRESIDEN TURKI / AFP)

Pejabat Kedutaan Besar Turki di Washington mengatakan kepada Fox News Digital, tindakan tegas pemerintah Turki terhadap aksi terorisme dari militan Kurdi.

"Kami berulang kali menunjukkan ancaman terhadap keamanan nasional kami, yang ditimbulkan oleh jaringan teroris PKK/YPG di Suriah dan Irak. Kami selalu menyerukan solidaritas yang tegas dan tulus dalam menghadapi terorisme dalam segala bentuk dan manifestasinya.”

Turki sebelumnya telah melakukan pembicaraan dengan Moskow untuk melakukan operasi skala kecil di dekat perbatasan Turki untuk menyingkirkan militan Kurdi Suriah.

Melalui telepon, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan kepada Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu bahwa Turki akan terus menanggapi serangan yang menargetkan pemukiman sipil di Turki.

“Kami menunjukkan bahwa secara permanen mencegah ancaman dan koridor teroris, dan menetralisir organisasi teroris, adalah prioritas utama kami,” kata Hulusi Akar kepada Shoigu, Kamis (24/11/2022), dikutip dari Middle East Eye.

“Sekali lagi ditekankan bahwa sangat penting untuk mematuhi kesepakatan yang telah dicapai sebelumnya mengenai masalah ini.”

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Turki

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini