News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Kota Guangzhou China Longgarkan Pembatasan Virus Corona setelah Protes Kebijakan Nol-Covid

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Di Central, Hong Kong, orang-orang berkumpul dengan kertas kosong untuk mendukung protes di China daratan, Senin (28/11/2022). - Pihak berwenang kota Guangzhou, China melonggarkan pembatasan Covid sehari setelah para demonstran bentrok dengan polisi di tengah serangkain protes terhadap kebijakan nol-Covid.

Aktivitas manufaktur dan jasa atau manufacturing purchasing managers index (PMI) di China untuk bulan November dilaporkan telah menyusut menjadi 48,0.

Menurut Biro Statistik Nasional (NBS) jumlah tersebut anjlok drastis bila dibandingkan proyeksi di awal bulan kemarin, dimana para ekonomi mematok PMI di level 49,0.

Penyusutan ini lantas membuat indeks penjualan manufaktur China turun ke posisi terendah sejak tujuh bulan terakhir.

Kontraksi ini terjadi imbas pengetatan kebijakan lockdown Covid yang diberlakukan rezim Xi Jinping, pembatasan Covid awalnya dimaksudkan untuk memutus rantai penyebaran pasien positif Covid.

Akan tetapi kebijakan ini justru makin menekan sektor perekonomian hingga membuat warga China mulai membatasi aktivitas konsumsinya.

Baca juga: Amerika Kritik Strategi Nol Covid-19 China, Sebut Beijing Perlu Tingkatkan Vaksinasi Kalangan Lansia

Kondisi ini kian diperparah dengan adanya penyusutan pendapatan di sektor jasa, akibat protes sipil di beberapa kota besar yang memprotes kebijakan nol-Covid yang ketat dari pemerintah.

Rangkaian tekanan ini yang kemudian membuat bisnis di negara tirai bambu melambat secara keseluruhan, termasuk di dalam industri manufaktur.

Apabila pelemahan ini terus terjadi, tak hanya China saja yang akan mencatatkan kerugian, supply chain global juga akan ikut terseret mundur.

Mengingat China sendiri merupakan negara tujuan ekspor terbesar bagi 33 negara di dunia serta sumber impor terbesar bagi 65 negara.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini