"Beberapa media asing telah mencoba menafsirkan kata-kata ini oleh Jaksa Agung sebagai Republik Islam mundur dari masalah jilbab dan kesopanan dan mengklaim bahwa itu karena kerusuhan baru-baru ini," lanjut pernyataan TV tersebut.
Ucapan itu diucapkan di Qom, yang dianggap sebagai kota suci dalam Siha Islam.
Keresahan dan Kekerasan yang Bekepanjangan
Demonstran yang didominasi oleh wanita di Iran, membakar hijab dan memotong rambut mereka sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan.
Baca juga: PBB Usut Pelanggaran HAM selama Protes di Iran, Soroti Penahanan 14 Ribu Orang dan 300 Kematian
Slogan "Kebebasan Hidup Wanita" telah menjadi seruan bagi para pengunjuk rasa.
Pihak berwenang Iran menuduh Amerika Serikat, Israel, kekuatan Eropa, dan Arab Saudi berada di balik kerusuhan yang terus berlangsung.
Iran mengatakan, mereka menggunakan kematian Amini sebagai "alasan" untuk menargetkan negara dan yayasannya.
Dikutip dari Al Jazeera, jilbab, yang diwajibkan sejak tak lama setelah revolusi Islam negara itu tahun 1979, telah menjadi isu ideologis sentral bagi otoritas Iran.
Namun, mereka baru-baru ini mengisyaratkan bahwa mereka dapat merevisi cara penerapan aturan berpakaian wajib tanpa merinci secara spesifik.
Baca juga: Iran Jatuhkan Hukuman Mati terhadap Demonstran untuk Pertama Kali
Sejumlah pejabat lokal sebelumnya mengisyaratkan metode seperti menggunakan kecerdasan buatan atau rekaman kamera untuk menjatuhkan hukuman finansial kepada para pelanggar.
Selama beberapa bulan unjuk rasa, para demonstran telah mengalami beberapa kekerasan.
Pihak berwenang telah melakukan tindakan keras yang mematikan terhadap para demonstran, dengan laporan penahanan paksa dan penganiayaan fisik yang digunakan untuk menargetkan kelompok minoritas Kurdi di negara itu.
Dalam investigasi CNN baru-baru ini, kesaksian rahasia mengungkapkan kekerasan seksual terhadap pengunjuk rasa, termasuk anak laki-laki, terjadi di pusat penahanan Iran sejak awal kerusuhan.
(Tribunnews.com/Whiesa)