Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Harga makanan di Prancis kemungkinan akan naik secara signifikan mulai tahun depan, karena produsen telah meminta pengecer (retailer) untuk menaikkan dua digit produk mereka.
Pernyataan ini disampaikan perwakilan Federasi Perdagangan dan Distributor Prancis, Jacques Creyssel pada minggu ini.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (5/12/2022), permintaan untuk revaluasi produk datang di tengah melonjaknya inflasi dan biaya produksi yang 'sangat tinggi'.
Baca juga: Waspada, Inflasi Global Diproyeksikan Capai 9,8 Persen Pada Akhir 2022
Ia menyebut produsen makanan telah meminta kenaikan harga antara 15 hingga 25 persen untuk sejumlah item.
Sementara itu, Mediator Perdagangan Pertanian Thierry Dahan mengatakan bahwa kenaikan seperti itu jauh di atas tarif yang dinegosiasikan tahun lalu, saat produsen meminta kenaikan harga rata-rata 7 persen dan menyetujui sekitar 3,5 persen.
Menurut lembaga riset IRI, pada akhir November lalu, inflasi pangan di Prancis mencapai 12 persen.
Namun tampaknya ini tidak cukup untuk menutupi lonjakan biaya produksi.
"Produsen berusaha menaikkan harga sebesar 7 persen untuk pasta dan ham, 10 persen untuk filet ayam, 26 persen untuk permen, hingga 30 persen untuk soda," jelas Creyssel.
Permintaan kenaikan harga terbaru ini dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk pemulihan dari pandemi virus corona (Covid-19), konflik di Ukraina, dan epidemi flu burung di Prancis yang secara bersamaan telah meningkatkan biaya bahan baku, energi, pengemasan dan angkutan.
Sanksi Barat yang dikenakan pada Rusia juga menambah tekanan pada manufaktur.
Ini tentunya menyebabkan gangguan dalam rantai pasokan dan memperburuk inflasi pangan serta energi di seluruh Uni Eropa (UE).