Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Penduduk China bergegas mengambil kit antigen Covid-19 serta obat-obatan untuk demam dan pilek, menyusul pelonggaran kebijakan nol-Covid di negara itu baru-baru ini.
Ada kekhawatiran yang meluas di kalangan masyarakat China bahwa mereka sekarang dapat tertular virus Covid-19 setelah pemerintah melonggarkan kebijakan nol-Covid.
Platform obat online, apotek, dan pembuat obat dalam beberapa hari terakhir melaporkan lonjakan penjualan. Penyedia layanan kesehatan JD Health mengatakan penjualan alat tes antigen melonjak 344 persen dalam seminggu antara 28 November hingga 4 Desember dari minggu sebelumnya.
"Orang-orang di sekitar saya semua membeli perangkat antigen dan saya juga membeli 50," kata warga Beijing berusia 40 tahun, Huang Yuqi, yang dikutip dari Reuters.
"Sekarang negara memasuki fase baru dalam hal kebijakan pandemi dan saya tidak yakin apa yang akan terjadi selanjutnya. Kami hanya bisa mencoba melindungi diri sendiri, jadi saya juga membeli masker wajah N95, Tylenol dan Ibuprofen," tambah Huang yang bekerja di perusahaan hiburan.
Seorang asisten toko di toko obat Tongzhitang Dongdan di pusat kota Beijing menceritakan penjualan obat demam pada Senin (5/12/2022) mengalami lonjakan.
“Saya belum pernah melihat begitu banyak pelanggan datang membeli obat demam dalam satu hari. Kami mencoba mengisi ulang rak kami, tetapi mungkin perlu waktu seminggu," ungkapnya.
Baca juga: China Perketat Regulasi di Dunia Maya Menyusul Kemarahan Publik Terkait Kebijakan Nol-Covid
Senin kemarin, regulator pasar di Beijing mengeluarkan peringatan terhadap penimbunan dan kenaikan harga untuk produk pencegahan epidemi, termasuk obat anti-virus, masker, serta produk disinfeksi dan sterilisasi.
Lonjakan permintaan telah mendorong harga saham di perusahaan produsen obat, dengan produsen obat batuk sirup Guizhou Bailing dan Xinhua Pharmaceutical, yang membuat 40 persen dari semua Ibuprofen yang dijual di China, melonjak antara 8 sampai 10 persen pada Selasa (6/12/2022).
Baca juga: Kota Guangzhou China Longgarkan Pembatasan Virus Corona setelah Protes Kebijakan Nol-Covid
Kepatuhan China terhadap kebijakan nol-Covid yang ketat selama tiga tahun terakhir telah membuat sebagian besar masyarakatnya terlindungi dari gelombang infeksi yang melanda seluruh dunia.
Dengan standar global, China menderita jauh lebih sedikit kasus dan kematian, namun ekonomi negara tersebut harus menjadi korban dari tindakan pembatasan pergerakan yang ketat.
Pihak berwenang akhirnya mulai melonggarkan beberapa pembatasan yang ketat setelah rasa frustrasi publik memuncak akhir bulan lalu, dan memicu gelombang protes yang menandai unjuk rasa dengan munculnya perbedaan pendapat terkuat sejak Presiden China Xi Jinping berkuasa satu dekade lalu.
Baca juga: Amerika Kritik Strategi Nol Covid-19 China, Sebut Beijing Perlu Tingkatkan Vaksinasi Kalangan Lansia
Sementara banyak orang merasa lega karena beberapa aturan telah dilonggarkan, termasuk lebih sedikit pengujian atau tes Covid-19 dan mengizinkan penderita positif untuk dikarantina di rumah di beberapa kota, ada banyak orang lain di China saat ini merasa lebih rentan tertular virus.
Ada juga beberapa skeptisisme atas perubahan nada pesan yang disampaikan para pejabat yang sebelumnya menekankan bahaya varian Omicron dari COVID-19.
China juga dalam tiga tahun terakhir memberlakukan aturan, seperti mewajibkan orang mendaftarkan nama mereka untuk membeli obat demam dan flu untuk melacak potensi infeksi.
Tetapi beberapa daerah sudah mulai membatalkan aturan tersebut.
Orang-orang yang khawatir terhadap potensi tertular Covid-19 karena tindakan pencegahan telah dilonggarkan juga membeli Lianhua Qingwen, formulasi tradisional China yang dibuat oleh Yiling Pharmaceutical yang berbasis Shijiazhuang.
Obat tersebut telah dipromosikan secara luas di China untuk pengobatan Covid-19.
Baca juga: Xi Jinping Dituntut Mundur, Pemerintah China Tak Bergeming dengan Kebijakan Nol Covid-19
Perusahaan farmasi yang berbasis di Shandong, Buchang Pharma mengatakan kepada media berita lokal Cailianshe, pabriknya yang membuat obat China untuk penyakit paru-paru beroperasi sepanjang waktu karena "permintaan yang sangat besar".
Tindakan membeli dan memborong obat-obatan serta perawatan terkait Covid-19 yang dilakukan masyarakat China, memicu cemoohan di media pemerintah.
"Tidak ada dasar ilmiah untuk membeli dan menimbun obat-obatan tertentu secara tidak rasional," tulis Economic Daily pada Selasa.